Sabtu, 29 April 2017

LENGKAP: Makalah laporan Kentang (pertanian)



BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang
            Praktik kerja industri merupakan bagian dari proses pendidikan yang berhubungan erat dengan pengembangan kompetensi siswa secara utuh dan peningkatan kemampuan siswa. Oleh karena itu, kegiatan praktik kerja industri ini menjadi integral dari kurikulum sekolah serta menjadi syarat bagi setiap siswa untuk dapat mengikuti ujian akhir.

B.     Tujuan
            Secara umum, praktik kerja industri bertujuan agar siswa memiliki jiwa semangat dalam berwirausaha serta memiliki kompetensi suatu usaha di bidang pertanian secara professional dengan memperhatikan situasi dan potensi wilayah.
Secara khusus, praktik kerja industri yaitu :
1.                  Memantapkan dan mengembangkan wawasan dan kompetensi siswa dalam bidang pertanian yang dalam hal ini yaitu perkebunan kentang (Solanum tuberosum L.). Berorientasi Agribisnis dengan dilandasi sikap mental, disiplin, kerjasama dan tanggungjawab yang tinggi.
2.                  Melatih siswa untuk melakukan kegiatan pada unit usaha tani di dunia industri yang berhasil dalam pengelolaannya.
3.                  Untuk menerapkan dan mengembangkan ilmu pertanian yang telah penyusun peroleh sejak semester I sampai semester III.
4.                  Untuk menumbuhkan semangat kerja dan berkarya dalam diri siswa prakerin.
5.                  Untuk mengembangkan jiwa kepemimpinan dan kewirausahaan serta kemandirian yang kuat.

C.    Manfaat
            Jika ditinjau dari tujuan prakerin seperti yang telah dibuat daftarnya diatas, maka prakerin ini memiliki manfaat besar bagi siswa itusendiri, diantaranya:Menghasilkan sumber daya manusia yang memiliki keahlian profesional, dengan keterampilan, pengetahuan, serta etos kerja yang sesuai dengan tuntutan zaman.
Mengasah keterampilan yang di berikan sekolah menengah kejuruan ( SMK ).
1.                  Menambah keterampilan, pengetahuan, gagasan-gagasan seputar dunia usaha serta industri yang professional dan handal.
2.                  Membentuk pola pikir siswa -siswi agar terkonstruktif  baik serta memberikan pengalaman dalam dunia Industri maupun dunia kerja.
3.                  Menjalin kerjasama yang baik antara sekolah dan perusahaan terkait, baik dalam dunia usaha maupun dunia Industri.

D.    Waktu dan Tempat
            Pelaksanaan Praktik Kerja Industri berlokasi di Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa) Jl. Tangkuban perahu no 517 Lembang-Bandung. Kegiatan ini dimulai pada tanggal 5 Januari 2016 s.d 31 Maret 2016 dengan bidang keahlian Agribisnis Perbenihan dan Kultur Jaringan.


BAB II
PROFIL PERUSAHAAN
A.   Sejarah Balitsa
          Balai penelitian tanaman sayuran (Balitsa) merupakan salah satu unit pelaksana teknis (UPT) Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian yang berada di bawah koordinasi dan bertanggung  jawab langsung kepadda Pusat Penelitian  dan Pengembangngan Hortikultura. Balitsa, terletak di bawah kaki Gunung Tangkuban Perahu tepatnya pada 107° 30' Bujur Timur dan 60° 30' Lintang Selatan yang terletak di Desa Cikole, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat pada ketinggian tempat ± 1.250 m dpl. Ditinjau dari segi geologis jenis tanah di daerah tersebut merupakan tanah Andisol yang beriklim tipe B, dengan suhu rata-rata harian berkisar antara 19-24° C, kelembapan udara berkisar 34-90%  dan rata-rata curah hujan 2.207,5 mm/tahun, sehingga daerah tersebut sangat cocok untuk pusat penelitian.
           
Pada tahun 1940 s.d. 1962, lembaga ini berstatus sebagai Kebun Percobaan dengan nama Balai Penyelidikan Pertanian Kebun Percobaan Margahayu di bawah Balai Penyelidikan Teknik Pertanian (BPTP) yang berkedudukan di Bogor, Jawa Barat. Pada tahun 1962 s.d. 1973, Lembang ini menjadi Kebun Percobaan Margahayu di bawah Lembaga Penelitian Hortikultura (LPH) Pusat yang berkedudukan di Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Tahun 1973 s.d. 1980, lembaga ini menjadi Cabang Lembaga Penelitian Hortikultura di bawah Lembaga Penelitian Hortikultura (LPH) Pusat yang berkedudukan di Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Pada saat itu tenaga penelitian yang bergabung dalam lembaga tersebut dibagi dalam empat disiplin ilmu,    Pada tahun 1980 melalui surat keputusan menteri pertanian no.861/Kpts/Org/1980 tertanggal 2 Desember 1980, Cabang Lembaga Penelitian Hortikultura berubah nama menjadi Balai Penelitian Tanaman Pangan (Balitsa) Lembang dan bertanggung jawab langsung kepada Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan di Bogor di bawah lingkup Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian.Pada bulan Maret 1982 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 550/Kpts/Org/1982, Balai Penelitian Tanaman Pangan (Balitsa) Lembang berubah nama menjadi Balai Penelitian Horttikultura ( Balithort) Lembang. Di dalam Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 613/Kpts/OT.210/8/1984 Balai Penelitian Hortikultura (Balithort) Lembang merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian di bidang penelitian dan pengembangan tanaman hortikultura yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

 Adapun tugas yang diemban oleh Balithort Lembang, yaitu melaksanakan penelitian dan pengembangan tanaman sayuran dan tanaman hias. Pada saat itu balithort Lembang memiliki dua Sub Balai, yaitu Sub Balai Tanaman Hias di Cipanas, Cianjur dan Sub Balai Hama dan Penyakit di Segunung, Cianjur.
            Pada tanggal 1 April 1995, berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor196/Kpts/OT/210/12/94, Balithort Lembang berubah nama menjadi Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa) dengan tugas pokok melaksanakan penelitian dan pengembangan tanaman sayuran.
B.     Visi dan Misi Balitsa
1.      Visi
“MENJADI LEMBAGA PENELITIAN SAYURAN TERKEMUKA DALAM MEWUJUDKAN SYSTEM PERTANIAN-BIOINDUSTRI BERKELANJUTAN”
2.      Misi
1)      Membangun lembaga penelitian sayuran terkemuka yang menjadi referensi bagi penyelesaian masalah dalam pengembangan sayuran yang berdaya saing global.
2)      Meningkatkan kualitas dan kapasitas sumberdaya penelitian dan memanfaatkannya secara efisien, efektif dan akuntabel untuk mewujudkan kenerja lembaga penelitian.
3)      Menghasilkan, mengelola, mendayagunakan dan mengembangkan invensi teknologiserta mendukung penyediaan logistic inovasi di lapangan agar mudah di akses oleh para pengguna untuk mendukung pengembangan sayuran.
4)      Menerapkan corporate management dalam penatakelolaan penyelenggaraan penelitian dan menerapkan paradigm scientific recognition dan impact recognition;
5)      Mengembangkan jaringan kerjaama nasional melalui penguatan LITKAJIBANGLUHRAP dan kerjasama internasioman menuju peningkatan kompetensi agar mampu menghasilkan terobosan inovasi guna menjawab permasalahan dalam pengembangan industri sayuran nasional.

C.   Ruang Lingkup
A.   Kondisi Wilayah
                BALITSA terletak 1.250 meter di atas permukaan laut. Letak geografis BALITSA berada pada 107,30° BT dan 6,30° LS. BALITSA memiliki areal seluas 40 hektar yang terletak di Jl.Tangkuban Perahu No. 517 Desa Cikole, Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat. BALITSA Lembang memilikibatas-batas yaitu : sebelah timur berbatasan dengan jalan raya Lembang-Subang, sebelah selatan berbatasan dengan kampung Cibogo, sebelah Barat berbatasan dengan sungai kecil kampung Cibedug, dan sebelah utara berbatasan dengan jalan Cibedug-Cikole.
                   Sedangkan Topografi dari Balia Penelitian Tanaman Sayuran dengan memiliki tipe tanah andosol yang berasal dari Abu Vulkanik Gunung Tangkuban Perahu, dengan struktur tanah remah dan gembur, sedangkan tekstur tanah berupa debu, lempung berdebu dan lempung. Warna tanah dilahan Balai Penelitian Tanaman Sayuran adalah hitam, abu-abu, dan coklat, dengan Ph tanah sebesar 5,5-6. Lokasi ini mempunyai suhu 18°C-26° C dengan curah hujan 2.207 mm/tahun, sedangkan kelembaban udara berkisar antara 70-90%  kecepatan air tanah ditempat ini termasuk baik/ porous, sedangkan iklimnya termasuk tipe iklim B Schmidt Ferguson.    

D.   Struktur Organisasi Balitsa
Kepala Balai
 
Ka. Sub Tata Usaha
Seksi Jasa Penelitian
  
UPBS
Seksi Pelayanan Teknik
Kebun
Laboratoriumm
Kerjasamama
Kepegawaian
Diseminasi Sayuran, IT, Perpustakaan
Rumah
Tangga
keuangan
Kelompok Peneliti, Pasca Panen
Kelompok Peneliti, Ekofisiologi
Kelompok Peneliti, Hama dan penyakit
Kelompok Peneliti, Pemuliaan dan Plasma Nutfah
 

E.   Struktural Balai Penelitian Tanaman Sayuran (BALITSA)
BALITSA Lembang dipimpin oleh seorang Kepala dan terdiri dari Sub Bagian Tata Usaha, Seksi Jasa Penelitian, Seksi Pelayanan Teknik, dan Kelompok Jabatan Fungsional. Adapun fungsi dari bagian-bagian tersebut antara lain :
1.        Sub Bagian Tata Usaha adalah bagian yang melaksanakan urutan tata usaha dan rumah tangga.
2.      Seksi Jasa Penelitian adalah kegiatan yang mempunyai tugas melakukan bahan penyiapan kerjasama, informasi dan dokumentasi serta penyebarluasan dan pendayagunaan hasil penelitian tanaman sayuran. Konsumen benih yang di produksi oleh BALITSA antara lain BPTP, Dinas Pertanian, Perusahaan (untuk dipasarkan), serta perorangan (untuk penelitian). Benih yang di hasilkan oleh BALITSA tidak dijual 100%, tetapi disisakan sebagian untuk produksi tahun berikutnya dan untuk di kembangkan atau di teliti. Benih yang di pasarkan oleh BALITSA tidak memiliki kriteria tertentu, benih tersebut langsung bisa di pasarkan apabila telah lulus standard an sertifikasi dari BPSB.
Kendala dalam pemasaran benih dari BALITSA antara lain dikarenakan BALITSA bukan badan yang mempunyai tugas pokok dan fungsi untuk melakukan pemasaran secara langsung kepada petani budidaya tanaman sayuran sehingga pemasaran sayuran hanya melalui pameran. Hal ini dikarenakan kemurnian benih masih tinggi sehingga kurang baik/ cocok untuk dikonsumsi.
3.      Seksi Pelayanan Teknik adalah bagian yang memberikan pelayanan teknis pada penelitian tanaman sayuran. Pelayanan teknis terdiri dari kebun, laboratorium dan juga UPBS. Laboratorium terdiri dari : Entomologi dan Fitopatologi, Virologi, Kultur Jaringan, Benih, Fisiologi Hasil, Ekofisiologi. Untuk kebun sendiri balitsa memiki 3 kebun percobaan Lembang (±1.250 m dpl.; 40,5 ha), Subang (±100 m dpl.; 10 ha), Berastagi (±1.340 m dpl.; 25 ha).
4.      Kelompok Jabatan Fungsional adalah bagian yang melaksanakan kegiatan fungsional yang dilakukan di BALITSA, berupa kegiatan penelitian yang didukung oleh kelompok peneliti pemuliaan dan plasma nutfah, hama dan penyakit, ekofisiologi dan pasca panen. Fasilitas penunjang utama yang tersedia yaitu kebun percobaan seluas 40,5 hektar, laboratorium (tanah, hama dan penyakit, kutur jaringan, teknologi pascapanen) rumah kasa atau kaca, gudang tempat penyimpanan benih dan ruang-ruang lainnya. Penjelasan mengenai kegiatan-kegiatan yang dilakukan di Balai Penelitian Tanaman Sayuran antara lain :


a.       Kegiatan Peneliti Pemuliaan, Perbenihan dan Plasma Nutfah
Kegiatan ini dilakukan oleh kelompok peneliti pemuliaan dan plasma nutfah dengan kegiatan melakukan perbaikan tanaman yang merupakan salah satu upaya peningkatan produksi dan keberlanjutan usahatani daerah. BALITSA berusaha meminimalkan kendala biotik dan abiotik yang berpengaruh terhadap kuantitas dan kualitas hasil melalui pendekatan konversional dan bioteknologi.
Salah satu lembaga yang bertugas untuk mendayagunakan hasil penelitian tanaman sayuran adalah UPBS. UPBS (Unit Pengelola Benih Sumber) berfungsi untuk memproduksi dan menyediakan benih sumber. BALITSA merupakan balai penelitian yang memproduksi berbagai varietas benih sayuran. Beberapa benih sayuran yang diproduksi yaitu bawang merah, cabai, caisin, kangkung, bayam, buncis, kentang, dll.
b.      Kegiatan Peneliti Hama dan Penyakit
Kelompok ini menekankan pada suatu teknik pengendalian hama dan penyakit yang menerapkan suatu kombinasi dari strategi yang bersandar pada pengendalain hayati dan strategi penggunaan pestisida.
c.       Kegiatan Peneliti Ekofisilogi dan Pascapanen
Kelompok ini merupakan gabungan antara agronomi, sosial ekonomi pertanian dan pascapanen. Kegiatannya yaitu merancang suatu rakitan teknologi untuk menanggulangi suatu masalah yang ada dalam budidaya antara lain budidaya sayuran diluar musim, budidaya kentang daratan medium, budidaya dilahan marginal, pemupukan berimbang dan penanganan pascapanen sayuran. Penelitian Ekofisiologi melaksanakan pula penelitian mengenai sosial ekonomi pertanian.

F.    Tugas Pokok dan Fungsi (SK. Menteri Pertanian No.21/ Permentan/OT. 140/3/2013)
Tugas   : Melaksanakan penelitian tanaman sayuran
Fungsi  :
1.      Pelaksanaan penyusunan program, rencana kerja, anggaran, evaluasi, dan pelaporan penelitian tanaman sayuran.
2.      Pelaksanaan penelitian genetika, pemuliaan, perbenihan dan pemanfaatan plasma nutfah tanaman sayuran.
3.      Pelaksanaan penelitian morfologi, fisiologi, ekologi, entomologi dan fitopatologi tanaman sayuran.
4.      Pelaksanaan penelitian komponen teknologi sistem dan usaha agribisnis tanaman sayuran.
5.      Pelaksanaan penelitian penanganan hasil tanaman sayuran.
6.      Pemberian pelayanan teknis penelitian tanaman sayuran.
7.      Penyiapan kerja sama, informasi dan dokumentasi serta penyebarluasan dan pendayagunaan hasil penelitian tanaman sayuran.
8.      Pelaksanaan urutan kepegawaian, keuangan, rumah tangga dan perlengkapan BALITSA.

G.   Sarana dan Prasarana (Fasilitas)
Sarana dan prasarana merupakan pendukung pelaksanana kegiatan yang dilakukan Balai Penelitian Sayuran dalam memcapai sasaran yang telah di tetapkan tiap tahun. Beberapa sarana dan prasaranya diantaranya :

a)      Laboratorium
merupakan sarana yang penting dalam identifikasi, analisa, dan pengembangan yang dilakukan oleh suatu lembaga penelitian. Keberhasilan lembaga penelitian sangat dipengaruhi oleh kemampuan laboraturium dan pengelolahan serta sistem pengendalian mutu yag memenuhi standar nasional dan internasional, yaitu mengikuti standar nasional Indonesia (SNI) ISO/IEC 17025:2008 (ISO/IEC 17025:2005) untuk penerapan sistem manajemen mutu. Dengan pengelolahan yang sesuai dengan standar tersebut, diharapkan hasil kinerjanya akan memiliki daya saing ilmiah dan komersial.
Balai Penelitian Tanaman Sayuran (BALITSA) memiliki 13 sarana laboraturium yaitu :
Kultur jaringan, Bakteriologi, Mikrologi, Benih (B), Fisiologi hasil (Fh), Fisiologi tanaman (Ft), Tanah (T), Virology (V), Entomologi (E), Nematologi (N), Sentral/Gcms (S), Pemulia, Biologi Molekuler.

b)     Kebun percobaan (KP)
Kebun ini digunakan sebagai lokasi untuk koleksi plasma nutfa atau sumber daya genetic (SDG) tanaman sayuran, penelitian, unit pengelolahan benih sumber (UPBS), visualisasi hasil penelitian, dan pengembangan agrowidyawisata. Dengan demikian, KP berperan sangat penting dalam mendukung  pelaksanaan tugas pokok dan fungsi (tupoksi) UPT, sebagai selain wahana menghasilkan pendapatan Negara bukan pajak (PNBP).
a.      Kebun Percobaan Margahayu.
Kebun percobaan margahayu lembang ini memiliki luas kebun 40,5 ha dengan status lahan bersertifikat hak pakai, dan merupakan lokasi kantor balitsa. Kebun percobaan berada dikawasan sentra produksi sayuran dan kawasan wisata. Kebun percobaan sebagai konservasi plasma nutfah sayuran yang menyediakan materi induk persilangan. Kebun percobaan sudah tertata sedemikian rupa mengikuti kontur tanah yang memberi kesan artistik. Tersedia bangunan dan sarana penelitian cukup memadai yang terdiri dari : rumah kaca khusus 5 unit seluas 944 m2, rumah kawat 2 unit seluas 423 m2, rumah sere 10 unit seluas 1535 m2, dan rumah plastik 7 seluas 1750 m2. Tersedia bangunan persemaian sebanyak 20 unit dengan ukuran 10 m2 per unit. Kebun percobaan sebagai lokasi UPBS balitsa yang didukung dengan sarana berupa laboraturium kultur jaringan sebanyak 3 unit yang mampu menghasilkan benih kentang G0 sebanyak 1.000.000.00 knol per tahun, gedung benih yang memiliki persyaratan khusus dan gudang banih berupa umbi yang menghendaki suhu kamar. Optimalisasi penggunaan lahan kebun percobaan margahayu antara lain 1) sebagai lokasi penelitian dan kerjasama peneliti serta non peneliti, 2) sebagai lokasi visitor plot, demplot teknologi dan hasil penelitian sayuran, 3) sumber informasi teknologi sayuran. KP. Margahayu sering digunakan sebagai tempat rujukan budidaya tanaman sayuran oleh petani dan praktisi agrobisnis, pendorong peningkatan produktivitas sayuran yang memenuhi kebutuhan sayuran dalam negri dan ekspor.

b.      Kebun Percobaan Berastagi
Luas kebun percobaan 25,97 ha, status lahan bersertifikat hak pakai (terdiri dari 2 sertifiakat). Berada diwilayah sentra hortikultura dataran tinggi dekat dengan ekspor (Singapura dan Malaysia). Kebun percobaan dan sarana yang cukup memadai yang terdiri dari gedung kantor seluas 200 m2, laboraturium hama dan penyakit 60 m2, laboratorium kultur jaringan seluas 50 m2, laboratorium pascapanen seluas 60 m2, gudang saprodi seluas 123 m2, garasi dan bengkel seluas 105 m2, mess seluas  200 m2, rumah kaca 5 unit seluas 476 m2, rumah plastik 3 unit seluas   620 m2, stasiun klimatologi yang berfungsi cukup naik dan 11 unit rumah dinas pegawai, memiliki 2 unit traktor sebagai alat pengolahan tanah.

c)      Perpustakaan
Perpustakaan balai penelitian tanaman (BALITSA) sayuran merupakan salah satu unit non-struktural yang keberadaan nya sangat penting dalam menunjang kegiatan penelitian. Perpustakaan ini merupakan sumber informasi bagi peneliti disamping itu berfungsi sebagai tempat dokumentasi hasil-hasil penelitian yang dapat diakses bagi siapa saja yang memerlukanya.

H.    Hasil Penelitian
     Balai Penelitian Tanaman Sayuran (BALITSA) dengan tugas pokok menyelenggarakan penelitian tanaman sayuran telah banyak menghasilkan varietas unggul baru dan benih dari berbagai jenis sayuran, serta teknologi budidayanya. Varietas unggul baru yang dihasilkan oleh Balitsa Kentang (26 varietas), Bawang merah (17 varietas), Bawang putih (4 varietas), Tomat (10 varietas), Jamur Tiram (3 varietas), Jamur Kuping (1 varietas), Buncis (6 varietas), Cabai Merah (6 varietas), Cabai Rawit Merah (2 varietas), Bayam (2 varietas), Petsai (3 varietas), Mentimun (4 varietas), Kangkung (1 varietas), Kacang panjang (3 varietas). Dan teknologi yang dihasilkan oleh balitsa dari tahun 2010-2014 sebanyak 20 teknologi, yang terdiri atas teknologi budidaya, pengendalian OPT dan pascapanen sayuran.  
Klasifikasi Komoditas proitas di Balai penelitian Tanaman Sayuran adalah :
1.        Komoditas Utama
Komoditas utama yang diproduksi di Balai Penelitian Tanaman Sayuran adalah tanaman sayuran antara lain :
a.         Kentang
Varietas tanaman kentang yang diproduksi dan dibudidayakan di Balai Penelitian Tanaman Sayuran antara lain Margahayu, GM 05, Pink 06, GM 08, Tanggo, Granola, Amudra, Merbabu 17, Repita, Krespo dan Balsa.
b.        Cabai Merah
Varietas tanaman cabai merah yang diproduksi dan dibudidayakan di Balai Penelitian Tanaman Sayuran antara lain Lembang  1, Lembang 2, Tanjung 1, Tanjung 2, Lingga, Kencana, dan Ciko.
c.         Bawang Merah
Varietas tanaman cabai merah yang diproduksi dan dibudidayakan di BALITSA antara lain Pikatan, Trisula, Pancasona, Mentes, Kramat 1, Kramat 2, Kuning, Sembrani, Ajiba, dan Katumi.
d.        Kubis
Varietas tanaman Kubis belum ada diproduksi  dari BALITSA, namun untuk budidaya umumnya digunakan antara lain Green Cup, Mammoth Red Rock.

e.         Tomat
Varietas tanaman tomat yang diproduksi dan dibudidayakan di BALITSA antara lain Tosca, Ruby, Topaz, Mirah, Opal, dan Zamrud.
f.         Buncis
Varietas tanaman yang diproduksi dan dibudidayakan di BALITSA antara lain Horti 1,2,3, Balitsa 1,2,3, Flo, Monel, Rich Green dan Dowel.

2.        Komoditas unggulan
Komoditas unggulan yang diproduksi dan dibudidayakan oleh BALITSA antara lain kentang, cabai merah, bawang merah dan kacang panjang.

3.        Komoditas prospektif
Komoditas prospektif yang diproduksi dan dibudidayakan oleh Balai Penelitian Tanaman Sayuran antara lain Terong dan Mentimun (varietas Mars, Pluto dan Satumus).

4.        Komoditas trendsetter
Komoditas trendsetter di BALITSA adalah sayuran tropis asli Indonesia.

I.      Mitra Lembaga
Program kerjasama dalam negeri terutama diarahkan untuk memacu pengembangan IPTEK serta mempercepat alih teknologi kepada pengguna hasil penelitian, khususnya pengusaha yang bergerak dibidang pertanian. Untuk luar negeri, kerjasama dimaksudkan untuk meningkatkan akses Indonesia terhadap metode dan teknologi yang relevan dan terkini yang telah dihasilkan pusat-pusat penelitian internasional.
1.        Kerjasama Dalam Negeri
Di dalam negeri, kerjasama penelitian dijalin dengan perguruan tinggi, instanasi pemerintah dan non pemerintah, swasta maupun perorangan. Mitra kerjasama dalam negeri tersebut pada tahun 2014 adalah : PT. Dow Agro Science. PT. Pinago Utama, Badan Litbang Pertanian, Puslitbang Hortikultura, PT. Petrokimia Gresik.

2.        Kerjasama Luar Negeri
Mitra kerjasama luar negeri dengan lembaga penelitian internasional, lembaga dan Negara yang telah bekerjasama sengan Indonesia pada tahun 2014 diantaranya adalah :
a.    AVRDC – Taiwan
b.    ACIAR – Australia
c.    Weganingan – Belanda
d.   JIRCAS – Jepang
e.    PT. Novozymes South Asia Privati Limited

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A.   Sejarah Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L.) 
Sebelum Kentang menyebar luas, tempat tumbuhnya masih terbatas, yaitu hanya didaerah beriklim dingin saja. Kemudian merambah ke daerah sedang (subtropis) dan akhirnya mencapai ke daerah panas (tropis). Perpindahan dari suatu daerah ke daerah lain yang beriklim berbeda tidak dengan proses yang cepat, akan tetapi melampaui banyak tahapan.
Colombus ternyata bukan Cuma penemu benua baru.Ternyata mampu menembus dan menguak sejarah baru. Antara lain kentang itu sendiri. Konon, berkat Colombus pula, kentang yang semula hanya tumbuh disebagian kecil  Amerika Selatan, bisa menyebar kemana-mana. Daerah Amerika Selatan yang menjadi tempat asal mula kentang ini tepatnya di sekitar danau Titicaca, didaerah pegunungan Andes, dekat perbatasan Peru dan Bolivia, Cili, Columbia, dan Ekuador.Kemudian kentang dibawa ke Spanyol pada abad ke 16. Oleh para pedagang Spanyol, baik lewat daratan maupun lautan, kentang disebarkan ke seluruh benua Eropa. Kemudian, bangsa Eropa memasuki Indonesia sekitar abad ke 17 atau 18. Pertama kali benih kentang dikirim ke Jawa dan Sumatra. Kemudian dari tempat tersebut menyebar keselatan China pada pada 1650 (Samadi, 2007). Saat masuknya kentang ke Indonesia tidak diketahui secara pasti, tetapi pada tahun 1794 kentang telah ditemukan sudah ditanam disekitar Ci Sarua (Cimahi, Bandung) dan pada tahun 1811 kentang sudah tersebar luas di Indonesia terutama di daerah-daerah pegunungan di Aceh, Tanah karo, Padang, Bengkulu, Sumatra barat, Bali dan Plores. Di daerah jawa tanaman kentang berpusat di Pangalengan, Lembang, dan  Pacet (Jawa Barat) Wonosobo, Tawangmangu (Jawa Tengah), Batu dan Tengger (Jawa Timur).
B.     Klasifikasi Taksonomi Tanamana Kentang (Solanum tuberosum L.)
Menurut (Setijo, Pitojo,1993) tanaman kentang dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom                                             : Plantae
Divisi                                                   : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
Sub-divisi                                            : Angiospermae (biji tertutup)
Kelas                                                   : Dicotyledonae (biji berkeping dua)
Ordo                                                    : Tubiflorae
Famili                                                  : Solanaceae
Genus                                                  : Solanum
Sub-genus                                           : Pachystemonum
Spesies                                                : Solanum tuberosum L.

C.    Morfologi Tanamana Kentang (Solanum tuberosum L.)
Tanaman kentang merupakan tanaman dikotil bersifat semusim, berbentuk semak herba dengan filotaksis spiral, tanaman ini pada umumnya ditanam melalui umbi (Vegetatif) sehingga sifat tanaman generasi berikutnya sama dengan induknya, tetapi dalam beberapa tahun terakhir para peneliti berusaha untuk mengusahakan tanaman ini untuk menggunakan biji untuk mengurangi biaya produksi, namun biasanya penanaman dari biji ini dilakukan dalam usaha untuk menciptakan varietas-varietas baru (pemuliaan).
1.      Daun
Tanaman kentang umumnya berdaun rimbun. Helaian daun berbentuk bulat lonjong, dengan ujung meruncing, memiliki anak daun primer dan sekunder, tersusun dalam tangkai daun secara berhadap-hadapan (daun mejemuk) yang menyirip ganjil.Warna daun 4 hijau keputih–putihan. Posisi tangkai utama terhadap batang tanaman membentuk sudut kurang dari 45o atau lebih besar 45o. Pada dasar tangkai daun terdapat tunas ketiak yang dapat berkembang menjadi cabang sekunder (Rukmana, 1997). Daun berkerut–kerut dan permukaan bagian bawah daun berbulu. Daun tanaman berfungsi sebagai tempat proses asimilasi untuk pembentukan karbohidrat, lemak, protein dan vitamin yang digunakan untuk pertumbuhan vegetatif dan respirasi.

2.      Batang
Batang tanaman berbentuk segi empat atau segi lima, tergantung pada varietasnya. Batang tanaman berbuku–buku, berongga, dan tidak berkayu, namun agak keras bila dipijat. Diameter batang kecil dengan tinggi dapat mencapai 50–120 cm, tumbuh menjalar. Warna batang hijau kemerah-merahan atau hijau keungu–unguan (Rukmana, 1997). Batang tanaman berfungsi sebagai jalan zat–zat hara dari tanah ke daun dan untuk menyalurkan hasil fotosintesis dari daun ke bagian tanaman yang lain.

3.      Akar
Tanaman kentang memiliki sistem perakaran tunggang dan serabut. Akar tunggang dapat menembus tanah sampai kedalaman 45 cm, sedangkan akar serabut umumnya tumbuh menyebar (menjalar) kesamping dan menembus tanah dangkal. Akar tanaman berwarna keputih–putihan dan halus berukuran sangat kecil. Di antara akar–akar tersebut ada yang akan berubah bentuk dan fungsinya menjadi umbi (stolon) yang selanjutnya akan menjadi umbi kentang. Akar tanaman berfungsi menyerap zat–zat yang diperlukan tanaman dan untuk memperkokoh berdirinya tanaman (Samadi, 1997).

4.      Bunga
Bunga kentang berkelamin dua (hermaphroditus) yang tersusun dalam rangkaian bunga atau karangan bunga yang tumbuh pada ujung batang dengan tiap karangan bunga memiliki 7–15 kuntum bunga. Warna 5 bunga bervariasi : putih, merah, biru. Struktur bunga terdiri dari daunkelopak (calyx), daun mahkota (corolla), benang sari (stamen), yangmasing–masing berjumlah 5 buah serta putih 1 buah. Bunga bersifat protogami, takni putik lebih cepat masak dari pada tepung sari. Sistem penyerbukannya dapat menyerbuk sendiri ataupun silang (Rukmana, 1997). Bunga kentang yang telah mengalami penyerbukan akan menghasilkan buah dan biji–biji (Samadi, 1997). Buah kentang berbentuk bulat, bergaris tengah kurang lebih 2,5 cm, berwarna hijau tua sampai keungu–unguan dan tiap buah berisi 500 bakal biji. Bakal biji yang dapat menjadi biji hanya berkisar 10 butir sampai dengan 300 butir. Biji kentang berukuran kecil, bergaris tengah kurang lebih 0,5 mm, berwarna krem, danmemiliki masa istirahat (dormansi) sekitar 6 bulan (Rukmana, 1997).

5.      Umbi
Umbi terbentuk dari cabang samping diantara akar–akar. Proses pembentukan umbi ditandai dengan terhentinya pertumbuhan memanjang dari rhizome atau stolon yang diikuti pembesaran sehingga rhizome membengkak. Umbi berfungsi menyimpan bahan makanan seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan air (Samadi, 1997). Selain mengandung zat gizi, umbi kentang mengandung zat solanin yang beracun dan berbahaya bagi yang memakannya. Racun solanin akan berkurang atau hilang apabila umbi telah tua sehingga aman untuk dimakan. Tetapi racun solanin tidak dapat hilang apabila umbi tersebut keluar daritanah dan terkena sinar matahari. Umbi kentang yang masih mengandung racun solanin berwarna hijau walaupun telah tua (Samadi, 1997).

D.    Syarat Tumbuh
Daerah yang cocok untuk menanam kentang adalah dataran tinggi atau daerah pegunungan dengan ketinggian 1000–3000 m dpl. Pada dataran medium, tanaman kentang dapat di tanam pada ketinggian 300-700 m dpl. (Samadi, 1997). Keadaan iklim yang ideal untuk tanaman kentang adalah suhu rendah (dingin) dengan suhu rata–rata harian antara 15–20o C. Kelembaban udara 80-90% cukup mendapat sinar matahari (moderat) dan curah hujan antara 200–300 mm per bulan atau rata–rata 1000 mm selama pertumbuhan (Rukmana, 1997). Suhu tanah optimum untuk pembentukan umbi yang normal berkisar antara 15–18o C. Pertumbuhan umbi akan sangat terhambat apabila suhu tanah kurang dari 10o C dan lebih dari 30o C (Samadi, 1997). Tanaman kentang membutuhkan tanah yang subur, gembur, banyak mengandung bahan organik, bersolum dalam, aerasi dan drainasenya baik dengan reaksi tanah (pH) 5–6,5. Jenis tanah yang paling baik adalah Andosol dengan ciri–ciri solum tanah agak tebal antara 1–2 m, berwarna hitam atau kelabu sampai coklat tua, bertekstur debu atau lempung berdebu sampai lempung dan bertekstur remah. Jenis tanah Andosol memiliki kandungan unsur hara sedang sampai  tinggi, produktivitas sedang sampai tinggi dan reaksi tanah masam sampai netral (Rukmana, 1997). Daerah yang berangin kencang harus dilakukan pengairan yang cukup dan sering dilakukan pengontrolan keadaan tanah karena angin kencang yang berkelanjutan berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap pertumbuhan tanaman dan penularan bibit penyakit ke tanaman dan ke areal pertanaman yang lain.

E.     Manfaat
Selain menyehatkan tubuh, dari sisi ekonomis, harga kentang tidaklah terlalu mahal. Berikut adalah manfaat kentang :
1.      Sebagai penawar racun alami asam yang berlebihan atau asidosis. Kentang penting membantu pertumbuhan bakteri dalam saluran pencernaan tubuh kita. Kandungan garam alkali menjadikan kentang sebagai salah satu makanan basa yang paling kuat, karena itu kentang sangat berguna untuk menjaga cadangan alkali tubuh.
2.      Kentang mempunyai banyak khasiat. Di antaranya potassium, vitamin C (sumber kedua selepas oren), membekalkan karbohidrat kompleks dan fiber atau gentian kepada gula darah (blood sugar) dan pengawalan tekanan darah. Ia juga mengandungi vitamin B1, B2 dan B3 serta sedikit kandungan protein dan zat besi.
3.      Kandungan potasium kentang, dua kali lipat dari kandungan potassium dalam pisang dan fiber. Jumlah lemaknya dibawah paras 25%, sehingga dapat menghalang endapan kolesterol di dalam lapisan saluran darah. Kentang cocok bagi yang mengalami kekurangan gula dalam darah.
4.      Kentang merupakan sumber terbaik dalam pembentukan zat besi dalam darah. Menjamin sistem ketahanan badan, karena kandungan vitamin serta kalsium yang tinggi.
5.      Kentang juga bisa memutihkan dan melembutkan tangan. Ini menunjukkan kentang bukan saja bermanfaat untuk tujuan pengobatan. Kandungan potassium, dan Vitamin C pada kentang sangat cocok untuk untuk perawatan kulit.
6.      Kentang sangat cocok bagi Anda yang memiliki penyakit maag atau sering mangalami sakit karena kelebihan asam lambung. Sebab dalam kentang terkandung atropine yang dapat membantu mengurangi asam lambung dan mengurangi sakit pada lambung.
7.      Biasanya zat lysine tidak terdapat pada nabati, tetapi di dalam kentang terdapat lysine yang sangat penting dalam pertumbuhan badan dan otak. Dengan kentang kita dapat mengkonsumsi Vitamin C secara mudah. Karena vitamin C di dalam kentang tidak hilang setelah masak karena dikelilingi oleh sari pati. Walaupun kalorinya cukup rendah, kentang dapat menyebabkan kegemukan karena adanya Glycemic Index.
F.     BUDIDAYA TANAMAN KENTANG
Persiapan bibit
Dalam mempersiapkan bibit perlu dilaksanakan pemeliharaan terhadap bibit sebelum dilaksanakan penanaman, dalam hal ini dilakukan seleksi untuk membuang yang rusak atau sakit secara visual atau terlihat oleh mata telanjang sehingga akan diperoleh bibit yang berkualitas baik dan dapat berproduksi tinggi serta memberikan keuntungan yang besar. Menurut Rukmana (1997), bibit kentang bermutu harus bebas hama dan penyakit, tidak tercampur varietas lain atau klon lain (murni), Umbi berbobot 30–45 gram berdiameter 35–45 mm, tidak cacat dan kulitnya kuat.
Ciri umbi bibit yang siap tanam adalah umbi bibit telah berumur 110-120 hari, telah melampaui istirahat atau masa dormansi selama 3 bulan sampai 5 bulan, memiliki 3-5 mata tunas dan telah bertunas setinggi 2 cm.
Umbi bibit yang masih dalam masa dormansi atau belum bertunas pertumbuhannya akan lambat dan produktivitasnya rendah. Umbi bibit yang disimpan terlalu lama sampai pertumbuhan tunasnya panjang harus dilakukan perompesan lebih dulu sebelum masa tanam. Jika tidak dilakukan perompesan, tanaman akan tumbuh lemah.

Persiapan Lahan
Kegiatan persiapan lahan tanaman kentang hingga siap tanam dilakukan melalui beberapa tahap. Tahap awal dari kegiatan tersebut adalah perencanaan yang meliputi penentuan arah bedengan, terutama pada lahan berbukit, pembuatan selokan, pemeliharaan tanaman dan pemupukan. Tahap berikutnya adalah pengolahan tanah dengan cara pembajakan atau pencangkulan sedalam kurang lebih 30 cm hingga gembur, kemudian diistirahatkan selama 1–2 minggu.
Pengolahan tanah dapat diulangi sekali lagi hingga tanah benar–benar gembur sambil meratakan tanah dengan garu atau cangkul untuk memecah bongkahan tanah berukuran besar. Setelah pembajakan tanah dan penggemburan dilakukan pembuatan bedengan dan selokan untuk irigasi atau pengairan. Bedengan dibuat membujur searah Timur–Barat, agar penyebaran cahaya matahari dapat merata mengenai seluruh tanaman. Bedengan berukuran lebar 70–100 cm, tinggi 30 cm, jarak antar bedeng yang merupakan lebar selokan adalah 40 cm dan panjangnya disesuaikan dengan kondisi lahan.
 Kedalaman selokan sama dengan tinggi bedengan (30 cm). Selanjutnya di sekeliling petak–petak bedengan dibuat selokan untuk pembuangan air (drainase) sedalam 50 cm dengan lebar 50 cm (Samadi, 1997). Setelah itu melakukan pemupukan dasar, Pupuk dasar yang terdiri dari pupuk organik dan pupuk anorganik diberikan sebelum tanam. Pupuk organik diberikan pada permukaan bedengan kira–kira satu minggu sebelum tanam. Pemberian pupuk organik dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan dicampurkan dengan tanah bedengan sampai kedalaman 20 cm ketika penggemburan tanah terakhirdan dengan diberikan pada lubang tanam. pupuk anorganik yang berupa NPK diberikan sebagai pupuk dasar sebanyak 500 kg sampai 600 kg perhektar bersamaan dengan pemberian pupuk organik.Kebutuhan pupuk organik mencapai 20–30 ton per hektar. Kemudian pemasangan mulsa dan pembuatan lubang tanam.

Penanaman
Waktu tanam yang sesuai sangat berpengaruh terhadap produktivitas tanaman. Waktu tanam yang paling baik di daerah dataran tinggi adalah pada kondisi cerah. Khusus di dataran menengah waktu tanam yang paling baik adalah musim kemarau agar pada saat pembentukan umbi kentang keadaan suhu malam hari paling rendah. Penanaman bibit kentang yang paling baik dilakukan pada pagi atau sore hari. Penanaman pada siang hari dapat menyebabkan kelayuan sehingga tanaman terhambat pertumbuhannya, bahkan tanaman menjadi mati (Samadi, 1997). Jarak tanam pada penanaman kentang sangat bervariasi tergantung varietasnya. Varietas Granola ditanam dengan jarak tanam 70 x 30 cm dengan kedalaman lubang tanam antara 8–10 cm. Penanaman bibit kentang yang paling sederhana yaitu dengan cara umbi bibit diletakkan dalam lubang tanam dengan posisi tunas menghadap keatas.
Pemeliharaan Tanaman
Setelah penanaman kentang, dilakukan pemeliharaan lanjutan sampai tanaman di panen, Kegiatan pemeliharaan tanaman meliputi hal-hal sebagai berikut :
1.      Pengairan
Pada awal pertumbuhan diperlukan ketersediaan air yang memadai.Pengairan harus kontinyu sekali seminggu atau tiap hari, tergantung cuaca dan keadaan air.
Waktu pengairan yang paling baik adalah pagi hari atau sore hari saat udara dan penguapan tidak terlalu tinggi dan penyinaran matahari tidak terlalu terik. Cara pengairan adalah dengan sistem dileb (digenangi) hingga air basah, kemudian air dibuang melalui saluran pembuangan air (Rukmana, 1997).
2.      Penyulaman
Bibit yang tumbuh abnormal atau mati harus segera diganti atau disulam dengan bibit yang baru. Waktu atau periode penyulaman maksimum 15 hari setelah tanam. Cara penyulaman ialah dengan mengambil bibit yang mati, kemudian meletakkan umbi bibit yang baru dan menimbunnya sedalam kurang lebih 7,5 cm. Penyulaman dilakukan pagi atau sore hari (Rukmana, 1997).
3.      Penyiangan
Penyiangan dilakukan segera setelah terlihat adanya pertumbuhan rumput bila selesai kegiatan ini akan dilanjutkan dengan pembumbunan. Waktu penyiangan umumnya saat tanaman kentang berumur 1 bulan. Cara menyiangi adalah mencabuti atau membersihkan rumput dengan alat bantu tangan atau kored. Penyiangan dilakukan secara berhati–hati agar tidak merusak perakaran tanaman kentang. Penyiangan sebaiknya dilakukan pada daerah kira–kira 15 cm disekitar tanaman (Rukmana, 1997).
4.      Pembumbunan
Pembumbunan dilakukan sebanyak 2 kali selama satu musim tanam yaitu pembumbunan pertama dilakukan pada umur 30 hari setelah tanam, pembumbunan yang kedua dilakukan setelah umur 40 hari setelah tanam atau 10 hari setelah pembumbunan pertama (Anonim, 1989). Tujuan pembumbunan ialah memberi kesempatan agar stolon dan umbi berkembang dengan baik, memperbaiki drainase tanah, mencegah umbi kentang yang terbentuk terkena sinar matahari dan mencegah serangan hama penggerek umbi (phithorimaea opercuella).
Cara pembumbunan adalah menimbun bagian pangkal tanaman dengan tanah sehingga terbentuk guludan–guludan (Rukmana, 1997). Ketebalan pembumbunan pertama kira – kira 10 cm, pembumbunan kedua juga kira-kira 10 cm sehingga ketinggian pembumbunan mencapai kira–kira20 cm.
5.      Pemupukan susulan
Pemupukan susulan menggunakan kombinasi Urea, TSP, KCl, atau ZA, TSP, KCl. Pemberian pupuk susulan dilakukan dengan menyebar pupuk itu di sekeliling tanaman pada jarak 10 cm dari batang tanaman dengan dosis sekitar 10–20 g per tanaman atau diberikan pada barisan diantara tanaman kemudian segera menimbunnya dengan tanah sambil membumbun.
6.  Hama dan Penyakit
Menurut Rukmana (1997), hama dan penyakit yang menyerangtanaman kentang antara lain :
a.       Hama Ulat grayak (Spodoptera litura)
Ulat grayak (Spodoptera litura) merupakan hama dari larva ngengat berwarna abu-abu. Gejala yang ditimbulkan adalah tidak ada daun yang tersisa kecuali tulang-tulang daun. Pengendalian hama ini dapat dilakukan dengan cara penyemprotan insektisida atau memangkas daun yang sudah ditempeli telur.
b.      Kutu daun (Aphis Sp)
Hama kutu daun yang menyerang adalah Aphids gossypii, Aphids spiraecola dan Myzus persicae. Kutu-kutu tersebut menginfeksi daun sehingga daun berkerut atau keriting dan akhirnya layu. Hama Myzus persicae dapat menularkan penyakit virus PLRV dan PVY. Pengendalian dapat dilakukan dengan cara memangkas tanaman atau penyemprotan pestisida.
c.       Hama penggerek umbi (Phtoremae poerculella Zael)
Gejala : Pada daun yang berwarna merah tua dan terlihat adanya jalinan seperti benang yang berwarna kelabu yang merupakan materi pembungkus ulat. Umbi yang terserang bila di belah, akan terlihat adanya lubang – lubang karena sebagian umbi telah dimakan. Pengandalian : Secara kimia menggunakan Insektisida dan melakukan pembumbunan.
d.      Orong – orong (Gryllotalpa Sp)
Gejala : Menyerang umbi di kebun, akar, tunas muda dan tanaman muda. Akibatnya tanaman menjadi peka terhadap infeksi bakteri. Pengendalian dapat dilakukan dengan memberikan insektisida berbentuk tepung bersamaan dengan pemberian pupuk dasar.

e.       Hama trip ( Thrips tabaci )
Gejala: pada daun terdapat bercakbercak berwarna putih, berubah menjadi abuabu perak dan mengering. Serangan dimulai dari ujungujung daun yang masih muda. Pengendalian: memangkas bagian daun yang terserang.

f.       Penyakit busuk daun
Penyakit busuk daun disebabkan oleh Phytophthora infestans. Gejala awal penyakit ini yaitu bercak pada bagian tepi dan ujung daun, bercak melebar dan terbentuk daerah nekrotik yang berwarna coklat. Pengendalian penyakit dapat dilakukan dengan cara menanam bibit yang sehat, tidak menanam tanaman di bekas lahan yang ditanami tanaman sejenis, menjaga kebersihan dan sanitasi lahan, serta melakukan penyemprotan dengan fungisida.

g.      Penyakit layu bekteri
Penyakit layu disebabkan oleh bakteri Pseudomonas solanacearum dan cendawan Fusarium ocysporum. Gejala yang disebabkan oleh bakteri akan mengalami kelayuan pada tanaman. Pengendalian yang dapat dilakukan yaitu menggunakan bibit yang sehat, menjaga sanitasi kebun, mengatur drainase air, dan melakukan rotasi tanaman.

h.      Penyakit busuk lunak (Soft rot)
Penyakit busuk lunak disebabkan oleh Erwinia carotovora dan menular melalui tanah. Gejala dapat dilihat pada umbi di gudang penyimpanan yaitu warna umbi berubah menjadi cokelat keabu-abuan dan lunak berair. Pengendalian dapat dilakukan dengan cara tidak menanam ketika tanah basah, menggunakan umbi yang sehat dan umbi disimpan di ruang penyimpanan dengan ventilasi yang baik.

i.        Penyakit fusarium
Penyebab jamur Fusarium sp. Gejala : Infeksi pada umbi menyebabkan busuk umbi yang menyebabkan tanaman layu. Penyakit ini menyerang kentang digudang penyimpanan. Infeksi masuk melalui luka – luka yang disebabkan nematoda / faktor mekanis.
Pengendalian :
1) Dengan menghindari terjadinya luka pada saat penyiangan dan pendangiran.
2) Kimia menggunakan Benlate.

Panen
Penanganan panen yang perlu diperhatikan yaitu umur tanaman saat panen dan teknik pemanenan. Umur panen tergantung dari varietas kentang.
Umur panen untuk kentang konsumsi antara 100-110 hari sedangkan untuk kentang bibit antara 110-120 hari. Menurut Samadi (2007), kondisi yang sangat dingin pada awal pertumbuhan pada tanaman akan menghambat pertunasan sehingga akan memperpanjang masa pertumbuhan yang menyebabkan umur panen akan lebih lama daripada umur tanaman normal.
 Penentuan waktu panen dapat dilihat dari fisik tanaman yaitu daun-daun tanaman mulai menguning dan batang tanaman mengering bukan karena penyakit. Umbi kentang yang dapat dipanen dapat dilihat dari kulit umbi yang melekat pada daging umbi dan tidak terkelupas saat terkena gesekan. Waktu panen yang baik dilakukan pada pagi hari dengan kondisi cuaca yang cerah. Pemanenan yang dilakukan saat hujan akan menyebabkan umbi basah sehingga umbi cepat busuk saat disimpan.
Teknik pemanenan yang dilakukan yaitu menggunakan cangkul atau cungkil bambu. Umbi dipanen dengan cara membongkar bedengan secara hati-hati agar tidak mengalami kerusakan mekanik. Umbi yang telah dipanen dilakukan penjemuran untuk mengeringkan tanah-tanah yang menempel pada umbi agar tidak terbawa ke gudang penyimpanan yang dapat menjadi sumber penyakit.

Pasca Panen
Penanganan pasca panen bertujuan untuk mempertahankan kondisi umbi dan mencegah perubahan-perubahan yang tidak dikehendaki selama penyimpanan, seperti pertumbuhan tunas pada umbi untuk kentang konsumsi, umbi rusak dan busuk, atau munculnya solanin selama penyimpanan. Penanganan pasca panen yang kurang tepat akan menurunkan jumlah produksi dan mutu produksi. Kegiatan pasca panen meliputi :
a. Pencucian
Kegiatan pencucian hanya dilakukan pada kentang konsumsi untuk supermarket untuk membersihkan kotoran tanah yang tertempel pada umbi kentang. Umbi yang telah dicuci harus dikeringkan sebelum pengemasan untuk menghindari kebusukan dan serangan hama pada umbi.

b. Sortasi dan Grading
Kegiatan sortasi dan grading dilakukan dari lapangan sampai ke gudang penyimpanan. Kentang bibit yang telah di sortasi dan di grading di lapangan dibawa ke gudang penyimpanan, sedangkan kentang konsumsi dibawa ke gudang konsumsi. Selama di gudang penyimpanan, umbi kentang kembali di sortasi dan di grading.
Sortasi di gudang bertujuan untuk mencegah penyebaran hama dan penyakit oleh umbi yang terbawa dari lapangan. Sortasi yaitu memisahkan umbi yang sehat dan umbi yang busuk. Umbi yang telah di sortasi akan di grading, Umbi kentang di grading berdasarkan diameter umbi.

c.  Penyimpanan
Penyimpanan umbi kentang bertujuan untuk mencegah terjadinya pembusukan, penyusutan berat dan zat gizi, Selain itu tujuan penyimpanan yaitu adalah menyimpan umbi hasil panen sebelum dipasarkan. Penyimpanan umbi kentang dengan kondisi ruang simpan yang dilengkapi dengan pengaturan kelembaban dan suhu yang tepat dan mencegah serangan hama yang merusak umbi.
Kentang konsumsi disimpan di gudang gelap bersuhu ruang. Penyimpanan pada gudang gelap untuk menghindari munculnya warna hijau yang mengandung racun solanin dan dapat menurunkan kualitas kentang konsumsi.
d. Pengemasan
Pengemasan bertujuan untuk melindungi hasil terhadap kerusakan, mengurangi kehilangan air, dan mempermudah dalam hal pengangkutan dan perhitungan (Satuhu, 2004). Syarat kemasan yang baik yaitu tidak mengandung toksik, dapat menjamin sanitasi dan syarat-syarat kesehatan, serta ukuran, bentuk, dan berat harus sesuai dengan bahan yang akan dikemas (Rahardi, 2003).
Jenis kemasan yang digunakan oleh tergantung jenis umbi kentang yang dijual. Penjualan untuk kentang bibit di kemas dalam peti kayu untuk pengiriman ke luar daerah, tolok dan krat untuk pengiriman jarak dekat. Kemasan untuk penjualan kentang konsumsi yaitu polynet berkapasitas 1 kg, 1.5 kg, dan 2 kg, dan karung jala bekapasitas 5 kg, 10 kg, 20 kg dan 40 kg. Pada setiap kemasan di beri label dengan identitas jenis varietas, ukuran umbi dan bobot umbi.
e. Pengangkutan
Pengangkutan bertujuan untuk memudahkan distribusi kentang yang siap dijual ke konsumen. Selama pengangkutan kondisi lingkungan harus tetap terjaga untuk menjaga kualitas umbi yang di angkut. Pengangkutan pada malam dan pagi hari dapat mengurangi beban panas (heat load) pada kendaraan yang mengangkut hasil panen (Kitinoja dan Kader, 2002). Pengangkutan barang yang dilakukan tergantung dari permintaan. Pengangkutan kentang konsumsi ke supermarket dilakukan pada pagi hari sedangkan untuk di luar kota dilakukan pada malam hari. Pengangkutan kentang bibit dilakukan oleh konsumen yang membeli bibit.
f.       Pemasaran
Pemasaran merupakan kegiatan penyampaian produk dari produsen ke konsumen. Keberlangsungan usaha pertanian didukung oleh rencana pemasaran yang baik untuk mendapatkan hasil yang efisien. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemasaran yaitu produk yang dihasilkan, target pasar, kebutuhan konsumen, dan sistem harga. Pemasaran kentang sayur mencakup pasar modern dan pasar tradisional. Harga kentang konsumsi untuk supermarket akan lebih tinggi daripada pasar tradisional.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.    TEKNIK BUDIDAYA TANAMAN KENTANG (Solanum tuberossum L.)

1.      Persiapan Bibit
Dalam mempersiapkan bibit perlu dilakukan seleksi untuk membuang yang rusak atau sakit secara visual atau terlihat oleh mata telanjang sehingga akan diperoleh bibit yang berkualitas baik dan dapat berproduksi tinggi serta memberikan keuntungan yang besar. Bibit kentang  harus memenuhi syarat sebagai berikut :
a.       Bibit bebas hama dan penyakit.
b.      Bibit tidak tercampur varietas lain atau klon lain (murni).
c.       Umbi bibt berbobot 30–45 gram berdiameter 35–45 mm.    
d.      Umbi bibit tidak cacat dan kulitnya kuat.

Umbi yang digunakan untuk dijadikan umbi bibit adalah umbi yang telah berumur 120 hari.
Ciri umbi bibit yang siap tanam:
1)      telah melampaui istirahat atau masa dormansi selama 2 bulan sampai 3 bulan.
2)      memiliki 3-5 mata tunas
3)      telah bertunas setinggi 2 cm.

Umbi bibit yang masih dalam masa dormansi atau belum bertunas pertumbuhannya akan lambat dan produktivitasnya rendah. Umbi bibit yang disimpan terlalu lama sampai pertumbuhan tunasnya panjang harus dilakukan perompesan lebih dulu sebelum masa tanam. Jika tidak dilakukan perompesan, tanaman akan tumbuh lemah.
2.      Persiapan Lahan

a)        Pengolahan lahan
Pengolahan tanah dilakukan dengan cara pembajakan atau pencangkulan sedalam kurang lebih 40 cm hingga gembur, kemudian diistirahatkan selama 1–2 minggu. Setelah pembajakan tanah dan penggemburan dilakukan pembuatan bedengan dan selokan untuk irigasi atau pengairan. Bedengan dibuat membujur searah Timur–Barat, agar penyebaran cahaya matahari dapat merata mengenai seluruh tanaman. Lebar bedengan berukuran 70–100 cm dan, tinggi 30 cm, jarak antar bedeng yang merupakan lebar selokan adalah 40 cm dan panjangnya disesuaikan dengan kondisi lahan.
Kedalaman selokan sama dengan tinggi bedengan (40 cm). Selanjutnya di sekeliling petak– petak bedengan dibuat selokan untuk pembuangan air (drainase) sedalam 50 cm dengan lebar 50 cm.
b)       Pemupukan dasar
Pupuk dasar yang terdiri dari pupuk organik dan pupuk anorganik diberikan sebelum tanam. Pupuk organik diberikan pada permukaan bedengan kira–kira satu minggu sebelum tanam. Pemberian pupuk organik dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan dicampurkan dengan tanah bedengan sampai kedalaman 20 cm ketika penggemburan tanah terakhir dan dengan diberikan pada lubang tanam. pupuk anorganik yang berupa NPK diberikan sebagai pupuk dasar sebanyak 0,7-1 ton/ha bersamaan dengan pemberian pupuk organik. Kebutuhan pupuk organik mencapai 20–30 ton per hektar.
c)        Pemasangan mulsa dan lubang tanam
Pemasangan mulsa dilakukan setelah bedengan di diamkan selama 2 hari. Pemasangan mulsa sebaiknya dilakukan pada siang hari karena lebih mudah merentangkan dan memasangnya. Dengan penggunaan mulsa hitam perak pada setiap bedengan. Bagian belakang dan depan mulsa dilebihkan 10 cm.

Cara pemasangan mulsa adalah :
1.    Tebarkan MPHP di atas bedengan, dengan warna perak menghadap keatas dan warna hitam menghadap ke bawah.
2.    Siapkan bilah penjepit (semat/cutik) bambu yang dibentuk menyerupai huruf U. Tarik kuat-kuat MPHP ke arah bawah,, kuatkan/tancapkan bambu di masing-masing sisi bedengan. Pemasangan bertahap dari satu ujung bedengan hingga ujung berikutnya.

Pelubangan mulsa dilakukan menggunakan alat pelubang mulsa atau cemplong dengan cara menekannya menggunakan bahan stenles steel atau menggunakan bahan bekas seperti kaleng susu yang telah diberi arang saat musim kemarau, dan kaleng bergerigi pada musim hujan, dengan jarak tanam   80 x 30 cm. Apabila pelubangan telah selesai maka lahan dibiarkan terlebih dahulu selama 1 minggu.

3.      Penanaman
a.      Waktu penanaman
Waktu tanam yang paling baik adalah pada kondisi cerah. Penanaman bibit kentang yang paling baik dilakukan pada pagi atau sore hari. Karena tanaman kentang tidak memerlukan persemaian, maka setelah memilih bibit yang baik maka bibit kentang sudah bisa ditanam.
b.      Cara penanaman
Pada penanaman kentang ditanam dengan jarak tanam 80 x 30 cm dengan kedalaman lubang tanam 8–10 cm. Penanaman bibit kentang yaitu dengan cara umbi bibit diletakkan dalam lubang tanam dengan posisi tunas menghadap keatas. Kemudian tutup lubang-lubang tanam dengan tanah. Kebutuhan bibit kentang per hektar sebanyak 1200-1500 kg dengan ukuran umbi antara 30-45 gram.
4.      Pemeliharaan Tanaman
Setelah penanaman kentang, dilakukan pemeliharaan lanjutan sampai tanaman di panen, Kegiatan pemeliharaan tanaman meliputi hal-hal sebagai berikut :
1.      Penyulaman
Penyulaman dilakukan untuk mengganti tanaman yang tumbuh kurang baik ataupun tanaman yang mati. Penyulaman dapat dilakukan setelah tanaman berumur 15 hari setelah tanam. Cara penyulaman ialah dengan mencabut tanaman kentang yang mati atau pertumbuhannya kurang baik diganti dengan tanaman baru pada lubang yang sama. Penyulaman dilakukan pada pagi atau sore hari, Setelah melakukan penyulaman lalu disiram.
2.      Pemupukan susulan
Pemupukan susulan dilakukan pada saat tanam yaitu dengan menggunakan pupuk NPK mutiara (16:16:16) dengan dosis 0,3-0,5 ton/ha atau pertanaman 20 gram dilakukan pada tanaman kentang berumur 21 hari dan 45 hari setelah tanam yaitu pada masa pertumbuhan dan masa pembentukan umbi.
3.      Pengairan
Tanaman kentang sangat peka terhadap kekurangan air. Pengairan harus dilakukan secara rutin tetapi tidak berlebihan, bila air yang diberikan berlebihan dan umbi atau tanaman kentang terendam maka akan berakibat busuk dan akhirnya mati. Pengairan dilakukan dengan selang waktu 7 hari sekali secara rutin tergantung cuaca dan keadaan air. Waktu pengairan yang baik adalah pagi hari atau sore hari. Pengairan yang dilakukan dengan cara disiram dengan gembor atau selang, atau dengan mengairi selokan sampai areal lembab.
4.      Penyiangan dan Sanitasi
Penyiangan dan Sanitasi dilakukan setelah terlihat adanya pertumbuhan gulma (tanaman pengganggu tanaman pokok). Pengendalian gulma dapat dilakukan secara mekanis yang sering kita kenal dengan penyiangan.
5.  Pemasangan ajir
Pemasangan ajir berfungsi sebagai penyangga tanaman kentang agar tanaman tidak rebah, bila tanaman kentang rebah maka tanaman akan rusak. Ajir biasanya terbuat dari bambu dengan panjang atau tinggi kurang lebih 120 cm.
 jarak pemasangan ajir dari tanaman kurang lebih 5 cm, ada juga pemasangan ajir yang dilakukan yaitu pada kedua ujung bedengan dengan jarak 3-5 m dan pada ajir diikat dengan tali pada bagian kanan dan kiri sehingga tanaman terjepit oleh tali. Ajir dipasang tanpa melukai atau mengganggu tanaman kentang, untuk menghindari umbi agar tidak terluka dan terganggu maka pengajiran dapat dilakukan pada tanaman berumur 15 hari.
6.  Pemangkasan bunga
Pemangkasan bunga dilakukan untuk mencegah terganggunya proses pembentukan umbi karena dapat terjadi perebutan unsur hara antara umbi dan bunga, selain itu pertumbuhan tanaman kentang akan hanya tertuju pada pembentukan umbi.
7.  Pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT)
Hama dan penyakit yang ditemukan dilapangan pada saat PRAKTEK adalah sebagai berikut :
a.       Hama Ulat grayak (Spodoptera litura)
Ulat grayak (Spodoptera litura) merupakan hama dari larva ngengat berwarna abu-abu. Gejala yang ditimbulkan adalah tidak ada daun yang tersisa kecuali tulang-tulang daun. Pemberantasan hama ini dapat dilakukan dengan cara penyemprotan insektisida atau memangkas daun yang sudah tertempeli telur.
b.      Kutu daun (Aphis Sp)
Hama kutu daun yang menyerang adalah Aphids gossypii, Aphids spiraecola dan Myzus persicae. Kutu-kutu tersebut menginfeksi daun sehingga daun berkerut atau keriting dan akhirnya layu. Hama Myzus persicae dapat menularkan penyakit virus PLRV dan PVY. Pengendalian dapat dilakukan dengan memangkas tanaman atau penyemprotan pestisida.
c.       Hama penggerek umbi (Phtoremae poerculella Zael)
Gejala : Pada daun yang berwarna merah tua dan terlihat adanya jalinan seperti benang yang berwarna kelabu yang merupakan materi pembungkus ulat. Umbi yang terserang bila di belah, akan terlihat adanya lubang – lubang karena sebagian umbi telah dimakan. Pengandalian : Secara kimia menggunakan Insektisida.
d.      Penyakit busuk daun
Penyakit busuk daun disebabkan oleh Phytophthora infestans. Gejala awal penyakit ini yaitu bercak pada bagian tepi dan ujung daun, bercak melebar dan terbentuk daerah nekrotik yang berwarna coklat. Pengendalian penyakit dapat dilakukan dengan cara menanam bibit yang sehat, tidak menanam tanaman di bekas lahan yang ditanami tanaman sejenis, menjaga kebersihan dan sanitasi lahan, serta melakukan penyemprotan dengan fungisida.

e.       Penyakit layu bekteri
Penyakit layu disebabkan oleh bakteri Rralstonia solanacearum. Gejala yang disebabkan oleh bakteri akan mengalami kelayuan pada tanaman. Pengendalian yang dapat dilakukan yaitu menggunakan bibit yang sehat, menjaga sanitasi kebun, mengatur drainase air, dan melakukan rotasi tanaman.

5.      Panen
Panen merupakan proses pengambilann umbi kentang yang sudah menunjukkan ciri-ciri umbi yang siap untuk dipanen dan sudah dapat dilakukan pengambil umbi dari tanah.

a)      Waktu panen
Umur panen tergantung dari varietas kentang. Umur panen untuk kentang konsumsi antara 80-90 hari sedangkan untuk kentang bibit antara 110-120 hari. Penentuan waktu panen dapat dilihat dari fisik tanaman yaitu daun-daun tanaman mulai menguning dan batang tanaman mengering bukan karena penyakit. Umbi kentang yang dapat dipanen dapat dilihat dari kulit umbi yang melekat pada daging umbi dan tidak terkelupas saat terkena gesekan.
Waktu panen yang baik dilakukan pada pagi hari dengan kondisi cuaca yang cerah. Pemanenan yang dilakukan saat hujan akan menyebabkan umbi basah sehingga umbi cepat busuk saat disimpan.

b)     Cara panen
Teknik pemanenan yang dilakukan yaitu menggunakan cangkul atau cungkil bambu.Sebelum umbi dipanen, pangkas bagian tanaman yang ada di permukaan tanah. Setelah itu, Umbi dipanen dengan cara membongkar bedengan secara hati-hati agar tidak mengalami kerusakan mekanik.
Umbi yang telah dipanen dilakukan penjemuran untuk mengeringkan tanah-tanah yang menempel pada umbi agar tidak terbawa ke gudang penyimpanan yang dapat menjadi sumber penyakit.
            Umbi yang sudah dipanen selanjutnya dikumpulkan dan dilakukan sortasi awal sesuai kualitasnya. Masukan umbi yang sudah dipilih ke dalam karung jala, kemudian dibawa ke tempat pengumpulan hasil panen kentang untuk penanganan lebih lanjut.

6.      Pasca Panen

a.      Pembersihan
Pembersihan adalah proses menghilangkan kotoran yang menempel pada umbi Sebelum dipasarkan ke pasar, kentang harus dibersihkan dahulu. Umbi dibersihkan dari segala kotoran yang menempel dengan lap. Hal ini dilakukan secara perlahan–lahan untuk menghindari lecet. Selain itu umbi dapat dibersihkan dengan cara dicuci di air yang mengalir yang tidak terlalu deras kemudian dikeringkan. Umbi yang bersih akan memperpanjang keawetan umbi selain itu juga akan menimbulkan daya tarik bagi konsumen.
b.    Sortasi dan Grading
·         Sortasi
Sortasi adalah proses memisahkan umbi berdasarkan kualitas. Caranya pilih umbi yang sudah dibersihkan itu antara umbi yang baik dan umbi yang jelek berdasarkan :
1.                  Ada tidaknya cacat pada umbi.
2.                  Normal tidaknya bentuk dan ukuran umbi.
3.                  Ada tidaknya serangan hama atau penyakit pada umbi.
·         Grading
Grading adalah proses pemilihan umbi berdasarkan ukuran. Setelah dilakukan sortasi maka umbi akan di grading berdasarkan ukuran. Grading/pengkelasan umbi kentang digolongkan menjadi :
1.      Kelas AL  ( > 200 gram/umbi )
2.      Kelas A ( 120-200 gram/umbi )
3.      Kelas B ( 80-120 gram/umbi )
4.      Kelas C ( 50-80 gram/umbi )

c.                   Penyimpanan
Penyimpanan adalah proses menyimpan umbi hasil panen sebelum dipasarkan. Tujuannya untuk menunggu saat pemasaran yang tepat. Cara menyimpannya, umbi kentang dimasukkan ke dalam wadah berupa kotak kayu/keranjang/waring kemudian wadah dimasukkan kedalam ruang penyimpanan yang di susun rapih. Gudang penyimpanan mempunyai ventilasi udara yang cukup supaya sirkulasi udara lancar dan kelembabannya 65-75%. Selain itu, gudang mendapat sinar matahari yang cukup dan keadaannya selalu bersih.
d.                  Pengemasan
Pengemasan adalah proses mengemas umbi kentang yang dilakukan dengan menggunakan bahan pengemas sesuai dengan tujuan pasar. Tujuannya, untuk memudahkan distribusi dan melindungi umbi dari kerusakan mekanis dan fisiologis serta memperbaiki penampilan sehingga disukai oleh konsumen. Alat pengemas harus bersih dan terbuat dari bahan yang ringan. Pengemas harus berventilasi dan dibagian dasar diberi bahan seperti gabus atau yang berbahan lunak agar mengurangi benturan selama pengangkutan.

e.
    Pengangkutan
Pengangkutan bertujuan untuk memudahkan distribusi kentang yang siap dijual ke konsumen. Selama pengangkutan kondisi lingkungan harus tetap terjaga untuk menjaga kualitas umbi yang di angkut.

f.       Pemasaran
Pemasaran merupakan kegiatan penyampaian produk dari produsen ke konsumen. Keberlangsungan usaha pertanian didukung oleh rencana pemasaran yang baik untuk mendapatkan hasil yang efisien. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemasaran yaitu produk yang dihasilkan, target pasar, kebutuhan konsumen, dan sistem harga. Harga kentang konsumsi untuk supermarket akan lebih tinggi daripada pasar tradisional.

BAB V
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Dalam melaksanakan Praktek ini, penyusun dapat menarik beberapa kesimpulan  berdasarkan kegiatan yang telah dilakukan selama pelaksanaan PRAKERIN yaitu :
1.      Siswa dapat mengembangkan wawasan dan kompetensi dalam bidang pertanian yang dalam hal teknik budidaya tanaman kentang (Solanum tuberosum L.)
2.      Siswa dapat meningkatkan keterampilan dalam pengelolaan teknik budidaya kentang untuk melakukan kegiatan pada unit usaha tani di dunia industri.
3.      Siswa dapat menerapkan dan mengembangkan ilmu pertanian yang telah di pelajari selama di BALITSA di sekolah.
4.      Memotivasi para siswa dan siswi agar lebih semangat kerja dan berkarya dalam hal pembelajaran untuk mencapai kesuksesan.
5.      Dapat membentuk mental dan motivasi sebagai tenaga kerja yang siap serta mampu mandiri, disiplin dan bertanggung jawab.

B.     SARAN
Dalam pembuatan laporan ini penyusun mencoba mengemukakan saran untuk pelaksanaan Prakerin yang akan datang. Adapun saran yang penyusun tuangkan adalah sebagai berikut :
1.      Untuk para siswa selanjutnya untuk lebih bersungguh-sungguh dalam melaksanakan kegiatan PRAKERIN, karena didalam kegiatan PRAKERIN terdapat ilmu yang banyak dan lebih dibanding ilmu yang diperoleh di sekolah.
2.      Dalam melaksanakan teknik budidaya kentang harus menurut standar operasional perusahaan, praktek dan pengalaman dan lakukan dulu amalisa usaha supaya budidaya menghasilkan keuntungan.
3.      Penyusun harapkan untuk masa yang akan datang pihak sekolah dan perusahaan bisa menjalin kerjasama dalam bidang pekerjaan selain untuk prakerin siswa..
DAFTAR PUSTAKA

Astawan. 2004. Kentang : Sumber Vitamin C dan Pencegah Hipertensi. http://www.gizi.net. [20 September 2010]
Badan Pusat Statistik, 2011. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Kentang 2009-2010. http://www.bps.go .id [5 Juli 2011]
Beukema, H.P dan D. E van der Zaag. 2007. Introduction to Potato Production. Edisi 3. Pudoc Wageningen. Netherland. 179 p.
Bryan, J.E. 1989. Breaking dormancy of potato tubers. CIP Research Guide International Potato Center, Lima, Peru. 16p.
Sunarjono, H. 2007. Petunjuk Praktis Budidaya Kentang. Agromedia. Jakarta. 110 hal.
Sutedjo, M. M. 2008. Pupuk dan cara Pemupukan. Rineka Cipta. Jakartaa. 177 hal.
Sahat, S. D.D Widjajanto, I. Hidayat, dan S. Kusumo. 1989. Pembibitan kentang. Dalam Asandhi, A. A, et al (Eds). Kentang Edisi 2. Balitsan. Lembang. 209 hal.
Setijo, pitojo, 1993 : Taksonomi tanaman kentang, penebar swadaya : Jakarta