BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Praktik
kerja industri merupakan bagian dari
proses pendidikan yang berhubungan erat dengan pengembangan kompetensi siswa secara utuh dan peningkatan kemampuan siswa.
Oleh karena itu,
kegiatan praktik kerja industri ini menjadi integral
dari kurikulum sekolah serta menjadi syarat bagi setiap siswa untuk dapat mengikuti ujian akhir.
B.
Tujuan
Secara umum, praktik kerja industri bertujuan agar siswa memiliki jiwa semangat dalam berwirausaha serta memiliki kompetensi suatu usaha di bidang pertanian secara professional dengan memperhatikan situasi dan potensi wilayah.
Secara khusus, praktik kerja industri yaitu :
1.
Memantapkan dan mengembangkan wawasan dan kompetensi siswa dalam bidang pertanian yang dalam hal ini yaitu perkebunan kentang (Solanum tuberosum L.).
Berorientasi Agribisnis dengan dilandasi sikap
mental, disiplin, kerjasama dan tanggungjawab yang tinggi.
2.
Melatih siswa untuk melakukan kegiatan pada
unit usaha tani di dunia industri yang berhasil dalam pengelolaannya.
3.
Untuk menerapkan dan mengembangkan ilmu pertanian
yang telah penyusun peroleh sejak
semester I sampai semester III.
4.
Untuk menumbuhkan semangat kerja dan berkarya dalam diri siswa prakerin.
5.
Untuk mengembangkan jiwa kepemimpinan dan kewirausahaan serta kemandirian
yang kuat.
C.
Manfaat
Jika ditinjau dari tujuan prakerin seperti
yang telah dibuat daftarnya diatas,
maka prakerin ini memiliki manfaat besar bagi siswa itusendiri, diantaranya:Menghasilkan sumber daya manusia
yang memiliki keahlian profesional, dengan keterampilan, pengetahuan, serta etos kerja yang sesuai dengan tuntutan zaman.
Mengasah keterampilan yang di berikan sekolah menengah kejuruan ( SMK ).
1.
Menambah keterampilan, pengetahuan, gagasan-gagasan seputar dunia usaha serta industri yang professional dan handal.
2.
Membentuk pola pikir siswa -siswi agar terkonstruktif baik serta memberikan pengalaman dalam dunia Industri maupun dunia kerja.
3.
Menjalin kerjasama yang baik antara sekolah dan perusahaan terkait, baik dalam dunia usaha maupun dunia Industri.
D.
Waktu
dan Tempat
Pelaksanaan Praktik Kerja Industri berlokasi di Balai
Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa) Jl. Tangkuban perahu no 517 Lembang-Bandung. Kegiatan ini dimulai pada tanggal 5 Januari 2016 s.d 31 Maret 2016 dengan bidang keahlian Agribisnis Perbenihan
dan Kultur Jaringan.
BAB II
PROFIL PERUSAHAAN
PROFIL PERUSAHAAN
A.
Sejarah
Balitsa
Balai
penelitian tanaman sayuran (Balitsa) merupakan salah satu unit pelaksana teknis
(UPT) Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian yang berada di bawah
koordinasi dan bertanggung jawab
langsung kepadda Pusat Penelitian dan
Pengembangngan Hortikultura. Balitsa, terletak di bawah kaki Gunung Tangkuban
Perahu tepatnya pada 107° 30' Bujur Timur dan 60° 30' Lintang Selatan yang
terletak di Desa Cikole, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi
Jawa Barat pada ketinggian tempat ± 1.250 m dpl. Ditinjau dari segi geologis
jenis tanah di daerah tersebut merupakan tanah Andisol yang beriklim tipe B,
dengan suhu rata-rata harian berkisar antara 19-24° C, kelembapan udara
berkisar 34-90% dan rata-rata curah
hujan 2.207,5 mm/tahun, sehingga daerah tersebut sangat cocok untuk pusat
penelitian.
Pada tahun 1940 s.d. 1962, lembaga ini berstatus sebagai Kebun Percobaan dengan nama Balai Penyelidikan Pertanian Kebun Percobaan Margahayu di bawah Balai Penyelidikan Teknik Pertanian (BPTP) yang berkedudukan di Bogor, Jawa Barat. Pada tahun 1962 s.d. 1973, Lembang ini menjadi Kebun Percobaan Margahayu di bawah Lembaga Penelitian Hortikultura (LPH) Pusat yang berkedudukan di Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Tahun 1973 s.d. 1980, lembaga ini menjadi Cabang Lembaga Penelitian Hortikultura di bawah Lembaga Penelitian Hortikultura (LPH) Pusat yang berkedudukan di Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Pada saat itu tenaga penelitian yang bergabung dalam lembaga tersebut dibagi dalam empat disiplin ilmu, Pada tahun 1980 melalui surat keputusan menteri pertanian no.861/Kpts/Org/1980 tertanggal 2 Desember 1980, Cabang Lembaga Penelitian Hortikultura berubah nama menjadi Balai Penelitian Tanaman Pangan (Balitsa) Lembang dan bertanggung jawab langsung kepada Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan di Bogor di bawah lingkup Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian.Pada bulan Maret 1982 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 550/Kpts/Org/1982, Balai Penelitian Tanaman Pangan (Balitsa) Lembang berubah nama menjadi Balai Penelitian Horttikultura ( Balithort) Lembang. Di dalam Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 613/Kpts/OT.210/8/1984 Balai Penelitian Hortikultura (Balithort) Lembang merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian di bidang penelitian dan pengembangan tanaman hortikultura yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Pada tahun 1940 s.d. 1962, lembaga ini berstatus sebagai Kebun Percobaan dengan nama Balai Penyelidikan Pertanian Kebun Percobaan Margahayu di bawah Balai Penyelidikan Teknik Pertanian (BPTP) yang berkedudukan di Bogor, Jawa Barat. Pada tahun 1962 s.d. 1973, Lembang ini menjadi Kebun Percobaan Margahayu di bawah Lembaga Penelitian Hortikultura (LPH) Pusat yang berkedudukan di Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Tahun 1973 s.d. 1980, lembaga ini menjadi Cabang Lembaga Penelitian Hortikultura di bawah Lembaga Penelitian Hortikultura (LPH) Pusat yang berkedudukan di Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Pada saat itu tenaga penelitian yang bergabung dalam lembaga tersebut dibagi dalam empat disiplin ilmu, Pada tahun 1980 melalui surat keputusan menteri pertanian no.861/Kpts/Org/1980 tertanggal 2 Desember 1980, Cabang Lembaga Penelitian Hortikultura berubah nama menjadi Balai Penelitian Tanaman Pangan (Balitsa) Lembang dan bertanggung jawab langsung kepada Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan di Bogor di bawah lingkup Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian.Pada bulan Maret 1982 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 550/Kpts/Org/1982, Balai Penelitian Tanaman Pangan (Balitsa) Lembang berubah nama menjadi Balai Penelitian Horttikultura ( Balithort) Lembang. Di dalam Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 613/Kpts/OT.210/8/1984 Balai Penelitian Hortikultura (Balithort) Lembang merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian di bidang penelitian dan pengembangan tanaman hortikultura yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Adapun tugas yang diemban oleh Balithort
Lembang, yaitu melaksanakan penelitian dan pengembangan tanaman sayuran dan
tanaman hias. Pada saat itu balithort Lembang memiliki dua Sub Balai, yaitu Sub
Balai Tanaman Hias di Cipanas, Cianjur dan Sub Balai Hama dan Penyakit di
Segunung, Cianjur.
Pada tanggal 1 April 1995,
berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor196/Kpts/OT/210/12/94,
Balithort Lembang berubah nama menjadi Balai Penelitian Tanaman Sayuran
(Balitsa) dengan tugas pokok melaksanakan penelitian dan pengembangan tanaman
sayuran.
B.
Visi
dan Misi Balitsa
1.
Visi
“MENJADI LEMBAGA PENELITIAN SAYURAN
TERKEMUKA DALAM MEWUJUDKAN SYSTEM PERTANIAN-BIOINDUSTRI BERKELANJUTAN”
2.
Misi
1) Membangun
lembaga penelitian sayuran terkemuka yang menjadi referensi bagi penyelesaian
masalah dalam pengembangan sayuran yang berdaya saing global.
2) Meningkatkan
kualitas dan kapasitas sumberdaya penelitian dan memanfaatkannya secara
efisien, efektif dan akuntabel untuk mewujudkan kenerja lembaga penelitian.
3) Menghasilkan,
mengelola, mendayagunakan dan mengembangkan invensi teknologiserta mendukung
penyediaan logistic inovasi di lapangan agar mudah di akses oleh para pengguna
untuk mendukung pengembangan sayuran.
4) Menerapkan
corporate management dalam
penatakelolaan penyelenggaraan penelitian dan menerapkan paradigm scientific recognition dan impact recognition;
5) Mengembangkan
jaringan kerjaama nasional melalui penguatan LITKAJIBANGLUHRAP dan kerjasama
internasioman menuju peningkatan kompetensi agar mampu menghasilkan terobosan
inovasi guna menjawab permasalahan dalam pengembangan industri sayuran
nasional.
C.
Ruang
Lingkup
A.
Kondisi
Wilayah
BALITSA terletak 1.250
meter di atas permukaan laut. Letak geografis BALITSA berada pada 107,30° BT
dan 6,30° LS. BALITSA memiliki areal seluas 40 hektar yang terletak di
Jl.Tangkuban Perahu No. 517 Desa Cikole, Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung
Barat, Provinsi Jawa Barat. BALITSA Lembang memilikibatas-batas yaitu : sebelah
timur berbatasan dengan jalan raya Lembang-Subang, sebelah selatan berbatasan dengan kampung
Cibogo, sebelah Barat berbatasan dengan sungai kecil kampung Cibedug, dan
sebelah utara berbatasan dengan jalan Cibedug-Cikole.
Sedangkan Topografi dari Balia
Penelitian Tanaman Sayuran dengan memiliki tipe tanah andosol yang berasal dari
Abu Vulkanik Gunung Tangkuban Perahu, dengan struktur tanah remah dan gembur,
sedangkan tekstur tanah berupa debu, lempung berdebu dan lempung. Warna tanah
dilahan Balai Penelitian Tanaman Sayuran adalah hitam, abu-abu, dan coklat,
dengan Ph tanah sebesar 5,5-6. Lokasi ini mempunyai suhu 18°C-26° C dengan
curah hujan 2.207 mm/tahun, sedangkan kelembaban udara berkisar antara
70-90% kecepatan air tanah ditempat ini
termasuk baik/ porous, sedangkan iklimnya termasuk tipe iklim B Schmidt
Ferguson.
D. Struktur Organisasi Balitsa
Kepala Balai
|
Ka. Sub Tata Usaha
|
Seksi Jasa
Penelitian
|
UPBS
|
Seksi Pelayanan
Teknik
|
Kebun
|
Laboratoriumm
|
Kerjasamama
|
Kepegawaian
|
Diseminasi Sayuran,
IT, Perpustakaan
|
Rumah
Tangga |
keuangan
|
Kelompok Peneliti,
Pasca Panen
|
Kelompok Peneliti,
Ekofisiologi
|
Kelompok Peneliti,
Hama dan penyakit
|
Kelompok Peneliti,
Pemuliaan dan Plasma Nutfah
|
E.
Struktural
Balai Penelitian Tanaman Sayuran (BALITSA)
BALITSA
Lembang dipimpin oleh seorang Kepala dan terdiri dari Sub Bagian Tata Usaha,
Seksi Jasa Penelitian, Seksi Pelayanan Teknik, dan Kelompok Jabatan Fungsional.
Adapun fungsi dari bagian-bagian tersebut antara lain :
1.
Sub Bagian Tata Usaha adalah bagian yang
melaksanakan urutan tata usaha dan rumah tangga.
2. Seksi
Jasa Penelitian adalah kegiatan yang mempunyai tugas melakukan bahan penyiapan
kerjasama, informasi dan dokumentasi serta penyebarluasan dan pendayagunaan
hasil penelitian tanaman sayuran. Konsumen benih yang di produksi oleh BALITSA
antara lain BPTP, Dinas Pertanian, Perusahaan (untuk dipasarkan), serta
perorangan (untuk penelitian). Benih yang di hasilkan oleh BALITSA tidak dijual
100%, tetapi disisakan sebagian untuk produksi tahun berikutnya dan untuk di
kembangkan atau di teliti. Benih yang di pasarkan oleh BALITSA tidak memiliki
kriteria tertentu, benih tersebut langsung bisa di pasarkan apabila telah lulus
standard an sertifikasi dari BPSB.
Kendala dalam pemasaran
benih dari BALITSA antara lain dikarenakan BALITSA bukan badan yang mempunyai
tugas pokok dan fungsi untuk melakukan pemasaran secara langsung kepada petani
budidaya tanaman sayuran sehingga pemasaran sayuran hanya melalui pameran. Hal
ini dikarenakan kemurnian benih masih tinggi sehingga kurang baik/ cocok untuk
dikonsumsi.
3. Seksi
Pelayanan Teknik adalah bagian yang memberikan pelayanan teknis pada penelitian
tanaman sayuran. Pelayanan teknis terdiri dari kebun, laboratorium dan juga
UPBS. Laboratorium terdiri dari : Entomologi dan Fitopatologi, Virologi, Kultur
Jaringan, Benih, Fisiologi Hasil, Ekofisiologi. Untuk kebun sendiri balitsa
memiki 3 kebun percobaan Lembang (±1.250 m dpl.; 40,5 ha), Subang (±100 m dpl.;
10 ha), Berastagi (±1.340 m dpl.; 25 ha).
4. Kelompok
Jabatan Fungsional adalah bagian yang melaksanakan kegiatan fungsional yang
dilakukan di BALITSA, berupa kegiatan penelitian yang didukung oleh kelompok
peneliti pemuliaan dan plasma nutfah, hama dan penyakit, ekofisiologi dan pasca
panen. Fasilitas penunjang utama yang tersedia yaitu kebun percobaan seluas
40,5 hektar, laboratorium (tanah, hama dan penyakit, kutur jaringan, teknologi
pascapanen) rumah kasa atau kaca, gudang tempat penyimpanan benih dan
ruang-ruang lainnya. Penjelasan mengenai kegiatan-kegiatan yang dilakukan di
Balai Penelitian Tanaman Sayuran antara lain :
a.
Kegiatan Peneliti Pemuliaan, Perbenihan
dan Plasma Nutfah
Kegiatan
ini dilakukan oleh kelompok peneliti pemuliaan dan plasma nutfah dengan
kegiatan melakukan perbaikan tanaman yang merupakan salah satu upaya
peningkatan produksi dan keberlanjutan usahatani daerah. BALITSA berusaha
meminimalkan kendala biotik dan abiotik yang berpengaruh terhadap kuantitas dan
kualitas hasil melalui pendekatan konversional dan bioteknologi.
Salah
satu lembaga yang bertugas untuk mendayagunakan hasil penelitian tanaman
sayuran adalah UPBS. UPBS (Unit Pengelola Benih Sumber) berfungsi untuk
memproduksi dan menyediakan benih sumber. BALITSA merupakan balai penelitian
yang memproduksi berbagai varietas benih sayuran. Beberapa benih sayuran yang
diproduksi yaitu bawang merah, cabai, caisin, kangkung, bayam, buncis, kentang,
dll.
b.
Kegiatan Peneliti Hama dan Penyakit
Kelompok
ini menekankan pada suatu teknik pengendalian hama dan penyakit yang menerapkan
suatu kombinasi dari strategi yang bersandar pada pengendalain hayati dan
strategi penggunaan pestisida.
c.
Kegiatan Peneliti Ekofisilogi dan
Pascapanen
Kelompok
ini merupakan gabungan antara agronomi, sosial ekonomi pertanian dan
pascapanen. Kegiatannya yaitu merancang suatu rakitan teknologi untuk
menanggulangi suatu masalah yang ada dalam budidaya antara lain budidaya
sayuran diluar musim, budidaya kentang daratan medium, budidaya dilahan
marginal, pemupukan berimbang dan penanganan pascapanen sayuran. Penelitian
Ekofisiologi melaksanakan pula penelitian mengenai sosial ekonomi pertanian.
F.
Tugas
Pokok dan Fungsi (SK. Menteri Pertanian No.21/ Permentan/OT. 140/3/2013)
Tugas : Melaksanakan penelitian tanaman sayuran
Fungsi :
1. Pelaksanaan
penyusunan program, rencana kerja, anggaran, evaluasi, dan pelaporan penelitian
tanaman sayuran.
2. Pelaksanaan
penelitian genetika, pemuliaan, perbenihan dan pemanfaatan plasma nutfah
tanaman sayuran.
3. Pelaksanaan
penelitian morfologi, fisiologi, ekologi, entomologi dan fitopatologi tanaman
sayuran.
4. Pelaksanaan
penelitian komponen teknologi sistem dan usaha agribisnis tanaman sayuran.
5. Pelaksanaan
penelitian penanganan hasil tanaman sayuran.
6. Pemberian
pelayanan teknis penelitian tanaman sayuran.
7. Penyiapan
kerja sama, informasi dan dokumentasi serta penyebarluasan dan pendayagunaan
hasil penelitian tanaman sayuran.
8. Pelaksanaan
urutan kepegawaian, keuangan, rumah tangga dan perlengkapan BALITSA.
G. Sarana dan Prasarana (Fasilitas)
Sarana dan
prasarana merupakan pendukung pelaksanana kegiatan yang dilakukan Balai
Penelitian Sayuran dalam memcapai sasaran yang telah di tetapkan tiap tahun.
Beberapa sarana dan prasaranya diantaranya :
a)
Laboratorium
merupakan sarana yang penting dalam
identifikasi, analisa, dan pengembangan yang dilakukan oleh suatu lembaga
penelitian. Keberhasilan lembaga penelitian sangat dipengaruhi oleh kemampuan
laboraturium dan pengelolahan serta sistem pengendalian mutu yag memenuhi
standar nasional dan internasional, yaitu mengikuti standar nasional Indonesia
(SNI) ISO/IEC 17025:2008 (ISO/IEC 17025:2005) untuk penerapan sistem manajemen
mutu. Dengan pengelolahan yang sesuai dengan standar tersebut, diharapkan hasil
kinerjanya akan memiliki daya saing ilmiah dan komersial.
Balai Penelitian Tanaman Sayuran
(BALITSA) memiliki 13 sarana laboraturium yaitu :
Kultur jaringan, Bakteriologi, Mikrologi,
Benih (B), Fisiologi hasil (Fh), Fisiologi tanaman (Ft), Tanah (T), Virology
(V), Entomologi (E), Nematologi (N), Sentral/Gcms (S), Pemulia, Biologi
Molekuler.
b)
Kebun
percobaan (KP)
Kebun ini digunakan sebagai lokasi
untuk koleksi plasma nutfa atau sumber daya genetic (SDG) tanaman sayuran,
penelitian, unit pengelolahan benih sumber (UPBS), visualisasi hasil
penelitian, dan pengembangan agrowidyawisata. Dengan demikian, KP berperan
sangat penting dalam mendukung
pelaksanaan tugas pokok dan fungsi (tupoksi) UPT, sebagai selain wahana
menghasilkan pendapatan Negara bukan pajak (PNBP).
a.
Kebun
Percobaan Margahayu.
Kebun percobaan margahayu lembang
ini memiliki luas kebun 40,5 ha dengan status lahan bersertifikat hak pakai,
dan merupakan lokasi kantor balitsa. Kebun percobaan berada dikawasan sentra
produksi sayuran dan kawasan wisata. Kebun percobaan sebagai konservasi plasma
nutfah sayuran yang menyediakan materi induk persilangan. Kebun percobaan sudah
tertata sedemikian rupa mengikuti kontur tanah yang memberi kesan artistik.
Tersedia bangunan dan sarana penelitian cukup memadai yang terdiri dari : rumah
kaca khusus 5 unit seluas 944 m2, rumah kawat 2 unit seluas 423 m2,
rumah sere 10 unit seluas 1535 m2, dan rumah plastik 7 seluas 1750 m2.
Tersedia bangunan persemaian sebanyak 20 unit dengan ukuran 10 m2 per
unit. Kebun percobaan sebagai lokasi UPBS balitsa yang didukung dengan sarana
berupa laboraturium kultur jaringan sebanyak 3 unit yang mampu menghasilkan
benih kentang G0 sebanyak 1.000.000.00 knol per tahun, gedung benih yang
memiliki persyaratan khusus dan gudang banih berupa umbi yang menghendaki suhu
kamar. Optimalisasi penggunaan lahan kebun percobaan margahayu antara lain 1)
sebagai lokasi penelitian dan kerjasama peneliti serta non peneliti, 2) sebagai
lokasi visitor plot, demplot teknologi dan hasil penelitian sayuran, 3) sumber
informasi teknologi sayuran. KP. Margahayu sering digunakan sebagai tempat
rujukan budidaya tanaman sayuran oleh petani dan praktisi agrobisnis, pendorong
peningkatan produktivitas sayuran yang memenuhi kebutuhan sayuran dalam negri
dan ekspor.
b.
Kebun
Percobaan Berastagi
Luas kebun
percobaan 25,97 ha, status lahan bersertifikat hak pakai (terdiri dari 2
sertifiakat). Berada diwilayah sentra hortikultura dataran tinggi dekat dengan
ekspor (Singapura dan Malaysia). Kebun percobaan dan sarana yang cukup memadai
yang terdiri dari gedung kantor seluas 200 m2, laboraturium hama dan
penyakit 60 m2, laboratorium kultur jaringan seluas 50 m2,
laboratorium pascapanen seluas 60 m2, gudang saprodi seluas 123 m2,
garasi dan bengkel seluas 105 m2, mess seluas 200 m2, rumah kaca 5 unit seluas
476 m2, rumah plastik 3 unit seluas 620 m2, stasiun klimatologi yang
berfungsi cukup naik dan 11 unit rumah dinas pegawai, memiliki 2 unit traktor
sebagai alat pengolahan tanah.
c)
Perpustakaan
Perpustakaan
balai penelitian tanaman (BALITSA) sayuran merupakan salah satu unit
non-struktural yang keberadaan nya sangat penting dalam menunjang kegiatan
penelitian. Perpustakaan ini merupakan sumber informasi bagi peneliti disamping
itu berfungsi sebagai tempat dokumentasi hasil-hasil penelitian yang dapat
diakses bagi siapa saja yang memerlukanya.
H.
Hasil
Penelitian
Balai Penelitian Tanaman Sayuran (BALITSA)
dengan tugas pokok menyelenggarakan penelitian tanaman sayuran telah banyak
menghasilkan varietas unggul baru dan benih dari berbagai jenis sayuran, serta
teknologi budidayanya. Varietas unggul baru yang dihasilkan oleh Balitsa
Kentang (26 varietas), Bawang merah (17 varietas), Bawang putih (4 varietas),
Tomat (10 varietas), Jamur Tiram (3 varietas), Jamur Kuping (1 varietas),
Buncis (6 varietas), Cabai Merah (6 varietas), Cabai Rawit Merah (2 varietas),
Bayam (2 varietas), Petsai (3 varietas), Mentimun (4 varietas), Kangkung (1
varietas), Kacang panjang (3 varietas). Dan teknologi yang dihasilkan oleh
balitsa dari tahun 2010-2014 sebanyak 20 teknologi, yang terdiri atas teknologi
budidaya, pengendalian OPT dan pascapanen sayuran.
Klasifikasi Komoditas proitas di Balai penelitian
Tanaman Sayuran adalah :
1.
Komoditas Utama
Komoditas utama yang diproduksi di Balai Penelitian
Tanaman Sayuran adalah tanaman sayuran antara lain :
a.
Kentang
Varietas tanaman kentang yang diproduksi dan
dibudidayakan di Balai Penelitian Tanaman Sayuran antara lain Margahayu, GM 05,
Pink 06, GM 08, Tanggo, Granola, Amudra, Merbabu 17, Repita, Krespo dan Balsa.
b.
Cabai Merah
Varietas tanaman cabai merah yang diproduksi dan
dibudidayakan di Balai Penelitian Tanaman Sayuran antara lain Lembang 1, Lembang 2, Tanjung 1, Tanjung 2, Lingga,
Kencana, dan Ciko.
c.
Bawang Merah
Varietas tanaman cabai merah yang diproduksi dan
dibudidayakan di BALITSA antara lain Pikatan, Trisula, Pancasona, Mentes,
Kramat 1, Kramat 2, Kuning, Sembrani, Ajiba, dan Katumi.
d.
Kubis
Varietas tanaman Kubis belum ada diproduksi dari BALITSA, namun untuk budidaya umumnya
digunakan antara lain Green Cup, Mammoth
Red Rock.
e.
Tomat
Varietas tanaman tomat yang diproduksi dan
dibudidayakan di BALITSA antara lain Tosca, Ruby, Topaz, Mirah, Opal, dan
Zamrud.
f.
Buncis
Varietas tanaman yang diproduksi dan dibudidayakan
di BALITSA antara lain Horti 1,2,3, Balitsa 1,2,3, Flo, Monel, Rich Green dan
Dowel.
2.
Komoditas
unggulan
Komoditas unggulan yang diproduksi dan dibudidayakan
oleh BALITSA antara lain kentang, cabai merah, bawang merah dan kacang panjang.
3.
Komoditas
prospektif
Komoditas prospektif yang diproduksi dan
dibudidayakan oleh Balai Penelitian Tanaman Sayuran antara lain Terong dan
Mentimun (varietas Mars, Pluto dan Satumus).
4.
Komoditas
trendsetter
Komoditas trendsetter di BALITSA adalah sayuran
tropis asli Indonesia.
I.
Mitra
Lembaga
Program kerjasama dalam negeri terutama
diarahkan untuk memacu pengembangan IPTEK serta mempercepat alih teknologi
kepada pengguna hasil penelitian, khususnya pengusaha yang bergerak dibidang
pertanian. Untuk luar negeri, kerjasama dimaksudkan untuk meningkatkan akses
Indonesia terhadap metode dan teknologi yang relevan dan terkini yang telah
dihasilkan pusat-pusat penelitian internasional.
1.
Kerjasama Dalam
Negeri
Di dalam negeri, kerjasama penelitian
dijalin dengan perguruan tinggi, instanasi pemerintah dan non pemerintah,
swasta maupun perorangan. Mitra kerjasama dalam negeri tersebut pada tahun 2014
adalah : PT. Dow Agro Science. PT. Pinago Utama, Badan Litbang Pertanian,
Puslitbang Hortikultura, PT. Petrokimia Gresik.
2.
Kerjasama Luar
Negeri
Mitra kerjasama luar negeri dengan
lembaga penelitian internasional, lembaga dan Negara yang telah bekerjasama
sengan Indonesia pada tahun 2014 diantaranya adalah :
a. AVRDC – Taiwan
b. ACIAR – Australia
c. Weganingan – Belanda
d. JIRCAS – Jepang
e. PT. Novozymes South Asia Privati Limited
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Sejarah
Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L.)
Sebelum Kentang menyebar luas,
tempat tumbuhnya masih terbatas, yaitu hanya didaerah beriklim dingin saja. Kemudian
merambah ke daerah sedang (subtropis) dan akhirnya mencapai ke daerah panas
(tropis). Perpindahan dari suatu daerah ke daerah lain yang beriklim berbeda
tidak dengan proses yang cepat, akan tetapi melampaui banyak tahapan.
Colombus ternyata bukan Cuma
penemu benua baru.Ternyata mampu menembus dan menguak sejarah baru. Antara lain
kentang itu sendiri. Konon, berkat Colombus pula, kentang yang semula hanya
tumbuh disebagian kecil Amerika Selatan,
bisa menyebar kemana-mana. Daerah Amerika Selatan yang menjadi tempat asal mula
kentang ini tepatnya di sekitar danau Titicaca, didaerah pegunungan Andes,
dekat perbatasan Peru dan Bolivia, Cili, Columbia, dan Ekuador.Kemudian kentang
dibawa ke Spanyol pada abad ke 16. Oleh para pedagang Spanyol, baik lewat
daratan maupun lautan, kentang disebarkan ke seluruh benua Eropa. Kemudian,
bangsa Eropa memasuki Indonesia sekitar abad ke 17 atau 18. Pertama kali benih
kentang dikirim ke Jawa dan Sumatra. Kemudian dari tempat tersebut menyebar
keselatan China pada pada 1650 (Samadi, 2007). Saat masuknya kentang ke
Indonesia tidak diketahui secara pasti, tetapi pada tahun 1794 kentang telah
ditemukan sudah ditanam disekitar Ci Sarua (Cimahi, Bandung) dan pada tahun
1811 kentang sudah tersebar luas di Indonesia terutama di daerah-daerah
pegunungan di Aceh, Tanah karo, Padang, Bengkulu, Sumatra barat, Bali dan
Plores. Di daerah jawa tanaman kentang berpusat di Pangalengan, Lembang, dan Pacet (Jawa Barat) Wonosobo, Tawangmangu
(Jawa Tengah), Batu dan Tengger (Jawa Timur).
B. Klasifikasi
Taksonomi Tanamana Kentang (Solanum
tuberosum L.)
Menurut
(Setijo, Pitojo,1993) tanaman kentang dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom
:
Plantae
Divisi
: Spermatophyta (tumbuhan
berbiji)
Sub-divisi
:
Angiospermae (biji tertutup)
Kelas
: Dicotyledonae (biji berkeping
dua)
Ordo
: Tubiflorae
Famili :
Solanaceae
Genus
: Solanum
Sub-genus
:
Pachystemonum
Spesies :
Solanum tuberosum L.
C.
Morfologi
Tanamana Kentang (Solanum tuberosum L.)
Tanaman
kentang merupakan tanaman dikotil bersifat semusim, berbentuk semak herba
dengan filotaksis spiral, tanaman ini pada umumnya ditanam melalui umbi
(Vegetatif) sehingga sifat tanaman generasi berikutnya sama dengan induknya,
tetapi dalam beberapa tahun terakhir para peneliti berusaha untuk mengusahakan
tanaman ini untuk menggunakan biji untuk mengurangi biaya produksi, namun
biasanya penanaman dari biji ini dilakukan dalam usaha untuk menciptakan varietas-varietas
baru (pemuliaan).
1.
Daun
Tanaman
kentang umumnya berdaun rimbun. Helaian daun berbentuk bulat lonjong, dengan
ujung meruncing, memiliki anak daun primer dan sekunder, tersusun dalam tangkai
daun secara berhadap-hadapan (daun mejemuk) yang menyirip ganjil.Warna daun 4
hijau keputih–putihan. Posisi tangkai utama terhadap batang tanaman membentuk
sudut kurang dari 45o atau lebih besar 45o. Pada dasar
tangkai daun terdapat tunas ketiak yang dapat berkembang menjadi cabang sekunder
(Rukmana, 1997). Daun berkerut–kerut dan permukaan bagian bawah daun berbulu.
Daun tanaman berfungsi sebagai tempat proses asimilasi untuk pembentukan
karbohidrat, lemak, protein dan vitamin yang digunakan untuk pertumbuhan
vegetatif dan respirasi.
2. Batang
Batang tanaman berbentuk segi empat atau segi lima,
tergantung pada varietasnya. Batang tanaman berbuku–buku, berongga, dan tidak
berkayu, namun agak keras bila dipijat. Diameter batang kecil dengan tinggi
dapat mencapai 50–120 cm, tumbuh menjalar. Warna batang hijau kemerah-merahan
atau hijau keungu–unguan (Rukmana, 1997). Batang tanaman berfungsi sebagai
jalan zat–zat hara dari tanah ke daun dan untuk menyalurkan hasil fotosintesis
dari daun ke bagian tanaman yang lain.
3. Akar
Tanaman kentang memiliki sistem perakaran tunggang
dan serabut. Akar tunggang dapat menembus tanah sampai kedalaman 45 cm,
sedangkan akar serabut umumnya tumbuh menyebar (menjalar) kesamping dan
menembus tanah dangkal. Akar tanaman berwarna keputih–putihan dan halus
berukuran sangat kecil. Di antara akar–akar tersebut ada yang akan berubah
bentuk dan fungsinya menjadi umbi (stolon) yang selanjutnya akan menjadi umbi
kentang. Akar tanaman berfungsi menyerap zat–zat yang diperlukan tanaman dan
untuk memperkokoh berdirinya tanaman (Samadi, 1997).
4. Bunga
Bunga kentang berkelamin dua (hermaphroditus) yang
tersusun dalam rangkaian bunga atau karangan bunga yang tumbuh pada ujung
batang dengan tiap karangan bunga memiliki 7–15 kuntum bunga. Warna 5 bunga
bervariasi : putih, merah, biru. Struktur bunga terdiri dari daunkelopak
(calyx), daun mahkota (corolla), benang sari (stamen), yangmasing–masing
berjumlah 5 buah serta putih 1 buah. Bunga bersifat protogami, takni putik
lebih cepat masak dari pada tepung sari. Sistem penyerbukannya dapat menyerbuk
sendiri ataupun silang (Rukmana, 1997). Bunga kentang yang telah mengalami
penyerbukan akan menghasilkan buah dan biji–biji (Samadi, 1997). Buah kentang
berbentuk bulat, bergaris tengah kurang lebih 2,5 cm, berwarna hijau tua sampai
keungu–unguan dan tiap buah berisi 500 bakal biji. Bakal biji yang dapat menjadi biji hanya berkisar 10 butir
sampai dengan 300 butir. Biji kentang berukuran kecil, bergaris tengah kurang
lebih 0,5 mm, berwarna krem, danmemiliki masa istirahat (dormansi) sekitar 6 bulan
(Rukmana, 1997).
5. Umbi
Umbi terbentuk dari cabang samping diantara
akar–akar. Proses pembentukan umbi ditandai dengan terhentinya pertumbuhan
memanjang dari rhizome atau stolon yang diikuti pembesaran sehingga rhizome membengkak.
Umbi berfungsi menyimpan bahan makanan seperti karbohidrat, protein, lemak,
vitamin, mineral, dan air (Samadi, 1997). Selain mengandung zat gizi, umbi
kentang mengandung zat solanin yang beracun dan berbahaya bagi yang memakannya.
Racun solanin akan berkurang atau hilang apabila umbi telah tua sehingga aman
untuk dimakan. Tetapi racun solanin tidak dapat hilang apabila umbi tersebut
keluar daritanah dan terkena sinar matahari. Umbi kentang yang masih mengandung
racun solanin berwarna hijau walaupun telah tua (Samadi, 1997).
D. Syarat Tumbuh
Daerah yang cocok untuk menanam kentang adalah
dataran tinggi atau daerah pegunungan dengan ketinggian 1000–3000 m dpl. Pada
dataran medium, tanaman kentang dapat di tanam pada ketinggian 300-700 m dpl. (Samadi,
1997). Keadaan iklim yang ideal untuk tanaman kentang adalah suhu rendah
(dingin) dengan suhu rata–rata harian antara 15–20o C. Kelembaban
udara 80-90% cukup mendapat sinar matahari (moderat) dan curah hujan antara
200–300 mm per bulan atau rata–rata 1000 mm selama pertumbuhan (Rukmana, 1997).
Suhu tanah optimum untuk pembentukan umbi yang normal berkisar antara 15–18o
C. Pertumbuhan umbi akan sangat terhambat apabila suhu tanah kurang dari 10o
C dan lebih dari 30o C (Samadi, 1997). Tanaman kentang membutuhkan
tanah yang subur, gembur, banyak mengandung bahan organik, bersolum dalam,
aerasi dan drainasenya baik dengan reaksi tanah (pH) 5–6,5. Jenis tanah yang
paling baik adalah Andosol dengan ciri–ciri solum tanah agak tebal antara 1–2
m, berwarna hitam atau kelabu sampai coklat tua, bertekstur debu atau lempung
berdebu sampai lempung dan bertekstur remah. Jenis tanah Andosol memiliki
kandungan unsur hara sedang sampai
tinggi, produktivitas sedang sampai tinggi dan reaksi tanah masam sampai
netral (Rukmana, 1997). Daerah yang berangin kencang harus dilakukan pengairan
yang cukup dan sering dilakukan pengontrolan keadaan tanah karena angin kencang
yang berkelanjutan berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap
pertumbuhan tanaman dan penularan bibit penyakit ke tanaman dan ke areal
pertanaman yang lain.
E.
Manfaat
Selain
menyehatkan tubuh, dari sisi ekonomis, harga kentang tidaklah terlalu mahal.
Berikut adalah manfaat kentang :
1. Sebagai penawar racun alami asam yang berlebihan atau asidosis.
Kentang penting membantu pertumbuhan bakteri dalam saluran pencernaan tubuh
kita. Kandungan garam alkali menjadikan kentang sebagai salah satu makanan basa
yang paling kuat, karena itu kentang sangat berguna untuk menjaga cadangan
alkali tubuh.
2. Kentang mempunyai banyak khasiat. Di antaranya potassium, vitamin
C (sumber kedua selepas oren), membekalkan karbohidrat kompleks dan fiber atau
gentian kepada gula darah (blood sugar) dan pengawalan tekanan darah. Ia juga
mengandungi vitamin B1, B2 dan B3 serta sedikit kandungan protein dan zat besi.
3. Kandungan potasium kentang, dua kali lipat dari kandungan potassium
dalam pisang dan fiber. Jumlah lemaknya dibawah paras 25%, sehingga dapat
menghalang endapan kolesterol di dalam lapisan saluran darah. Kentang cocok
bagi yang mengalami kekurangan gula dalam darah.
4. Kentang merupakan sumber terbaik dalam pembentukan zat besi dalam
darah. Menjamin sistem ketahanan badan, karena kandungan vitamin serta kalsium
yang tinggi.
5. Kentang juga bisa memutihkan dan melembutkan tangan. Ini
menunjukkan kentang bukan saja bermanfaat untuk tujuan pengobatan. Kandungan
potassium, dan Vitamin C pada kentang sangat cocok untuk untuk perawatan kulit.
6. Kentang sangat cocok bagi Anda yang memiliki penyakit maag atau
sering mangalami sakit karena kelebihan asam lambung. Sebab dalam kentang
terkandung atropine yang dapat membantu mengurangi asam lambung dan mengurangi
sakit pada lambung.
7. Biasanya zat lysine tidak terdapat pada nabati, tetapi di dalam
kentang terdapat lysine yang sangat penting dalam pertumbuhan badan dan otak.
Dengan kentang kita dapat mengkonsumsi Vitamin C secara mudah. Karena vitamin C
di dalam kentang tidak hilang setelah masak karena dikelilingi oleh sari pati.
Walaupun kalorinya cukup rendah, kentang dapat menyebabkan kegemukan karena
adanya Glycemic Index.
F.
BUDIDAYA
TANAMAN KENTANG
Persiapan
bibit
Dalam mempersiapkan bibit perlu dilaksanakan
pemeliharaan terhadap bibit sebelum dilaksanakan penanaman, dalam hal ini
dilakukan seleksi untuk membuang yang rusak atau sakit secara visual atau
terlihat oleh mata telanjang sehingga akan diperoleh bibit yang berkualitas
baik dan dapat berproduksi tinggi serta memberikan keuntungan yang besar. Menurut
Rukmana (1997), bibit kentang bermutu harus bebas hama dan penyakit, tidak
tercampur varietas lain atau klon lain (murni), Umbi berbobot 30–45 gram
berdiameter 35–45 mm, tidak cacat dan kulitnya kuat.
Ciri
umbi bibit yang siap tanam adalah umbi bibit telah berumur 110-120 hari, telah melampaui
istirahat atau masa dormansi selama 3 bulan sampai 5 bulan, memiliki 3-5 mata
tunas dan telah bertunas setinggi 2 cm.
Umbi
bibit yang masih dalam masa dormansi atau belum bertunas pertumbuhannya akan
lambat dan produktivitasnya rendah. Umbi bibit yang disimpan terlalu lama
sampai pertumbuhan tunasnya panjang harus dilakukan perompesan lebih dulu
sebelum masa tanam. Jika tidak dilakukan perompesan, tanaman akan tumbuh lemah.
Persiapan Lahan
Kegiatan persiapan lahan tanaman kentang hingga siap
tanam dilakukan melalui beberapa tahap. Tahap awal dari kegiatan tersebut
adalah perencanaan yang meliputi penentuan arah bedengan, terutama pada lahan berbukit,
pembuatan selokan, pemeliharaan tanaman dan pemupukan. Tahap berikutnya adalah
pengolahan tanah dengan cara pembajakan atau pencangkulan sedalam kurang lebih
30 cm hingga gembur, kemudian diistirahatkan selama 1–2 minggu.
Pengolahan tanah dapat diulangi sekali lagi hingga
tanah benar–benar gembur sambil meratakan tanah dengan garu atau cangkul untuk
memecah bongkahan tanah berukuran besar. Setelah pembajakan tanah dan
penggemburan dilakukan pembuatan bedengan dan selokan untuk irigasi atau
pengairan. Bedengan dibuat membujur searah Timur–Barat, agar penyebaran cahaya
matahari dapat merata mengenai seluruh tanaman. Bedengan berukuran lebar 70–100
cm, tinggi 30 cm, jarak antar bedeng yang merupakan lebar selokan adalah 40 cm
dan panjangnya disesuaikan dengan kondisi lahan.
Kedalaman
selokan sama dengan tinggi bedengan (30 cm). Selanjutnya di sekeliling
petak–petak bedengan dibuat selokan untuk pembuangan air (drainase) sedalam 50
cm dengan lebar 50 cm (Samadi, 1997). Setelah itu melakukan pemupukan dasar, Pupuk
dasar yang terdiri dari pupuk organik dan pupuk anorganik diberikan sebelum
tanam. Pupuk organik diberikan pada permukaan bedengan kira–kira satu minggu
sebelum tanam. Pemberian pupuk organik dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu
dengan dicampurkan dengan tanah bedengan sampai kedalaman 20 cm ketika
penggemburan tanah terakhirdan dengan diberikan pada lubang tanam. pupuk
anorganik yang berupa NPK diberikan sebagai pupuk dasar sebanyak 500 kg sampai
600 kg perhektar bersamaan dengan pemberian pupuk organik.Kebutuhan pupuk
organik mencapai 20–30 ton per hektar. Kemudian pemasangan mulsa dan pembuatan
lubang tanam.
Penanaman
Waktu
tanam yang sesuai sangat berpengaruh terhadap produktivitas tanaman. Waktu
tanam yang paling baik di daerah dataran tinggi adalah pada kondisi cerah. Khusus
di dataran menengah waktu tanam yang paling baik adalah musim kemarau agar pada
saat pembentukan umbi kentang keadaan suhu malam hari paling rendah. Penanaman
bibit kentang yang paling baik dilakukan pada pagi atau sore hari. Penanaman
pada siang hari dapat menyebabkan kelayuan sehingga tanaman terhambat
pertumbuhannya, bahkan tanaman menjadi mati (Samadi, 1997). Jarak tanam pada
penanaman kentang sangat bervariasi tergantung varietasnya. Varietas Granola
ditanam dengan jarak tanam 70 x 30 cm dengan kedalaman lubang tanam antara 8–10
cm. Penanaman bibit kentang yang paling sederhana yaitu dengan cara umbi bibit
diletakkan dalam lubang tanam dengan posisi tunas menghadap keatas.
Pemeliharaan
Tanaman
Setelah
penanaman kentang, dilakukan pemeliharaan lanjutan sampai tanaman di panen,
Kegiatan pemeliharaan tanaman meliputi hal-hal sebagai berikut :
1.
Pengairan
Pada
awal pertumbuhan diperlukan ketersediaan air yang memadai.Pengairan harus
kontinyu sekali seminggu atau tiap hari, tergantung cuaca dan keadaan air.
Waktu
pengairan yang paling baik adalah pagi hari atau sore hari saat udara dan
penguapan tidak terlalu tinggi dan penyinaran matahari tidak terlalu terik.
Cara pengairan adalah dengan sistem dileb (digenangi) hingga air basah,
kemudian air dibuang melalui saluran pembuangan air (Rukmana, 1997).
2.
Penyulaman
Bibit
yang tumbuh abnormal atau mati harus segera diganti atau disulam dengan bibit
yang baru. Waktu atau periode penyulaman maksimum 15 hari setelah tanam. Cara
penyulaman ialah dengan mengambil bibit yang mati, kemudian meletakkan umbi
bibit yang baru dan menimbunnya sedalam kurang lebih 7,5 cm. Penyulaman
dilakukan pagi atau sore hari (Rukmana, 1997).
3.
Penyiangan
Penyiangan
dilakukan segera setelah terlihat adanya pertumbuhan rumput bila selesai
kegiatan ini akan dilanjutkan dengan pembumbunan. Waktu penyiangan umumnya saat
tanaman kentang berumur 1 bulan. Cara menyiangi adalah mencabuti atau
membersihkan rumput dengan alat bantu tangan atau kored. Penyiangan dilakukan
secara berhati–hati agar tidak merusak perakaran tanaman kentang. Penyiangan
sebaiknya dilakukan pada daerah kira–kira 15 cm disekitar tanaman (Rukmana,
1997).
4.
Pembumbunan
Pembumbunan
dilakukan sebanyak 2 kali selama satu musim tanam yaitu pembumbunan pertama
dilakukan pada umur 30 hari setelah tanam, pembumbunan yang kedua dilakukan
setelah umur 40 hari setelah tanam atau 10 hari setelah pembumbunan pertama (Anonim,
1989). Tujuan pembumbunan ialah memberi kesempatan agar stolon dan umbi berkembang
dengan baik, memperbaiki drainase tanah, mencegah umbi kentang yang terbentuk
terkena sinar matahari dan mencegah serangan hama penggerek umbi (phithorimaea
opercuella).
Cara
pembumbunan adalah menimbun bagian pangkal tanaman dengan tanah sehingga terbentuk
guludan–guludan (Rukmana, 1997). Ketebalan pembumbunan pertama kira – kira 10
cm, pembumbunan kedua juga kira-kira 10 cm sehingga ketinggian pembumbunan
mencapai kira–kira20 cm.
5.
Pemupukan susulan
Pemupukan
susulan menggunakan kombinasi Urea, TSP, KCl, atau ZA, TSP, KCl. Pemberian
pupuk susulan dilakukan dengan menyebar pupuk itu di sekeliling tanaman pada
jarak 10 cm dari batang tanaman dengan dosis sekitar 10–20 g per tanaman atau
diberikan pada barisan diantara tanaman kemudian segera menimbunnya dengan
tanah sambil membumbun.
6. Hama dan Penyakit
Menurut Rukmana
(1997), hama dan penyakit yang menyerangtanaman kentang antara lain :
a.
Hama Ulat grayak (Spodoptera litura)
Ulat
grayak (Spodoptera litura) merupakan hama dari larva ngengat berwarna
abu-abu. Gejala yang ditimbulkan adalah tidak ada daun yang tersisa kecuali tulang-tulang
daun. Pengendalian hama ini dapat dilakukan dengan cara penyemprotan
insektisida atau memangkas daun yang sudah ditempeli telur.
b.
Kutu daun (Aphis Sp)
Hama
kutu daun yang menyerang adalah Aphids gossypii, Aphids spiraecola dan Myzus
persicae. Kutu-kutu tersebut menginfeksi daun sehingga daun berkerut atau
keriting dan akhirnya layu. Hama Myzus persicae dapat menularkan
penyakit virus PLRV dan PVY. Pengendalian dapat dilakukan dengan cara memangkas
tanaman atau penyemprotan pestisida.
c.
Hama penggerek umbi (Phtoremae
poerculella Zael)
Gejala
: Pada daun yang berwarna merah tua dan terlihat adanya jalinan seperti benang
yang berwarna kelabu yang merupakan materi pembungkus ulat. Umbi yang terserang
bila di belah, akan terlihat adanya lubang – lubang karena sebagian umbi telah
dimakan. Pengandalian : Secara kimia menggunakan Insektisida dan melakukan
pembumbunan.
d. Orong
– orong (Gryllotalpa Sp)
Gejala : Menyerang umbi di kebun, akar, tunas muda
dan tanaman muda. Akibatnya tanaman menjadi peka terhadap infeksi bakteri. Pengendalian
dapat dilakukan dengan memberikan insektisida berbentuk tepung bersamaan dengan
pemberian pupuk dasar.
e. Hama trip ( Thrips tabaci )
Gejala: pada daun terdapat bercak‐bercak berwarna putih, berubah menjadi abu‐abu perak dan mengering. Serangan dimulai dari ujung‐ujung daun yang masih muda. Pengendalian: memangkas bagian daun
yang terserang.
f.
Penyakit busuk daun
Penyakit busuk daun disebabkan oleh Phytophthora
infestans. Gejala awal penyakit ini yaitu bercak pada bagian tepi dan ujung
daun, bercak melebar dan terbentuk daerah nekrotik yang berwarna coklat.
Pengendalian penyakit dapat dilakukan dengan cara menanam bibit yang sehat,
tidak menanam tanaman di bekas lahan yang ditanami tanaman sejenis, menjaga
kebersihan dan sanitasi lahan, serta melakukan penyemprotan dengan fungisida.
g.
Penyakit layu bekteri
Penyakit layu disebabkan oleh bakteri Pseudomonas
solanacearum dan cendawan Fusarium ocysporum. Gejala yang disebabkan
oleh bakteri akan mengalami kelayuan pada tanaman. Pengendalian yang dapat
dilakukan yaitu menggunakan bibit yang sehat, menjaga sanitasi kebun, mengatur
drainase air, dan melakukan rotasi tanaman.
h.
Penyakit busuk lunak (Soft
rot)
Penyakit busuk lunak disebabkan oleh Erwinia carotovora dan
menular melalui tanah. Gejala dapat dilihat pada umbi di gudang penyimpanan
yaitu warna umbi berubah menjadi cokelat keabu-abuan dan lunak berair.
Pengendalian dapat dilakukan dengan cara tidak menanam ketika tanah basah,
menggunakan umbi yang sehat dan umbi disimpan di ruang penyimpanan dengan ventilasi
yang baik.
i.
Penyakit fusarium
Penyebab jamur Fusarium sp. Gejala : Infeksi
pada umbi menyebabkan busuk umbi yang menyebabkan tanaman layu. Penyakit
ini menyerang kentang digudang penyimpanan. Infeksi masuk melalui luka – luka
yang disebabkan nematoda / faktor mekanis.
Pengendalian
:
1)
Dengan menghindari terjadinya luka pada saat penyiangan dan pendangiran.
2)
Kimia menggunakan Benlate.
Panen
Penanganan
panen yang perlu diperhatikan yaitu umur tanaman saat panen dan teknik pemanenan.
Umur panen tergantung dari varietas kentang.
Umur panen
untuk kentang konsumsi antara 100-110 hari sedangkan untuk kentang bibit antara
110-120 hari. Menurut Samadi (2007), kondisi yang sangat dingin pada awal
pertumbuhan pada tanaman akan menghambat pertunasan sehingga akan memperpanjang
masa pertumbuhan yang menyebabkan umur panen akan lebih lama daripada umur
tanaman normal.
Penentuan waktu panen dapat dilihat dari fisik
tanaman yaitu daun-daun tanaman mulai menguning dan batang tanaman mengering
bukan karena penyakit. Umbi kentang yang dapat dipanen dapat dilihat dari kulit
umbi yang melekat pada daging umbi dan tidak terkelupas saat terkena gesekan.
Waktu panen yang baik dilakukan pada pagi hari dengan kondisi cuaca yang cerah.
Pemanenan yang dilakukan saat hujan akan menyebabkan umbi basah sehingga umbi
cepat busuk saat disimpan.
Teknik
pemanenan yang dilakukan yaitu menggunakan cangkul atau cungkil bambu. Umbi
dipanen dengan cara membongkar bedengan secara hati-hati agar tidak mengalami
kerusakan mekanik. Umbi yang telah dipanen dilakukan penjemuran untuk
mengeringkan tanah-tanah yang menempel pada umbi agar tidak terbawa ke gudang
penyimpanan yang dapat menjadi sumber penyakit.
Pasca Panen
Penanganan
pasca panen bertujuan untuk mempertahankan kondisi umbi dan mencegah
perubahan-perubahan yang tidak dikehendaki selama penyimpanan, seperti
pertumbuhan tunas pada umbi untuk kentang konsumsi, umbi rusak dan busuk, atau
munculnya solanin selama penyimpanan. Penanganan pasca panen yang kurang tepat
akan menurunkan jumlah produksi dan mutu produksi. Kegiatan pasca panen meliputi
:
a. Pencucian
Kegiatan pencucian hanya dilakukan pada kentang konsumsi untuk
supermarket untuk membersihkan kotoran tanah yang tertempel pada umbi kentang.
Umbi yang telah dicuci harus dikeringkan sebelum pengemasan untuk menghindari
kebusukan dan serangan hama pada umbi.
b. Sortasi dan Grading
Kegiatan sortasi dan grading dilakukan
dari lapangan sampai ke gudang penyimpanan. Kentang bibit yang telah di sortasi
dan di grading di lapangan dibawa ke gudang penyimpanan, sedangkan kentang
konsumsi dibawa ke gudang konsumsi. Selama di gudang penyimpanan, umbi kentang
kembali di sortasi dan di grading.
Sortasi di gudang bertujuan untuk
mencegah penyebaran hama dan penyakit oleh umbi yang terbawa dari lapangan. Sortasi
yaitu memisahkan umbi yang sehat dan umbi yang busuk.
Umbi yang telah di sortasi akan di grading, Umbi kentang di grading berdasarkan
diameter umbi.
c. Penyimpanan
Penyimpanan umbi kentang bertujuan untuk
mencegah terjadinya pembusukan, penyusutan berat dan zat gizi, Selain itu
tujuan penyimpanan yaitu adalah
menyimpan umbi hasil panen sebelum dipasarkan. Penyimpanan
umbi kentang dengan kondisi ruang simpan yang dilengkapi dengan pengaturan
kelembaban dan suhu yang tepat dan mencegah serangan hama yang merusak umbi.
Kentang
konsumsi disimpan di gudang gelap bersuhu ruang. Penyimpanan pada gudang gelap
untuk menghindari munculnya warna hijau yang mengandung racun solanin dan dapat
menurunkan kualitas kentang konsumsi.
d. Pengemasan
Pengemasan bertujuan untuk melindungi
hasil terhadap kerusakan, mengurangi kehilangan air, dan mempermudah dalam hal
pengangkutan dan perhitungan (Satuhu, 2004). Syarat kemasan yang baik yaitu
tidak mengandung toksik, dapat menjamin sanitasi dan syarat-syarat kesehatan,
serta ukuran, bentuk, dan berat harus sesuai dengan bahan yang akan dikemas
(Rahardi, 2003).
Jenis kemasan yang digunakan oleh tergantung jenis umbi kentang
yang dijual. Penjualan untuk kentang bibit di kemas dalam peti kayu untuk
pengiriman ke luar daerah, tolok dan krat untuk pengiriman jarak dekat. Kemasan
untuk penjualan kentang konsumsi yaitu polynet berkapasitas 1 kg, 1.5 kg, dan 2
kg, dan karung jala bekapasitas 5 kg, 10 kg, 20 kg dan 40 kg. Pada setiap
kemasan di beri label dengan identitas jenis varietas, ukuran umbi dan bobot
umbi.
e. Pengangkutan
Pengangkutan bertujuan untuk memudahkan distribusi kentang yang
siap dijual ke konsumen. Selama pengangkutan kondisi lingkungan harus tetap
terjaga untuk menjaga kualitas umbi yang di angkut. Pengangkutan pada malam dan
pagi hari dapat mengurangi beban panas (heat load) pada kendaraan yang
mengangkut hasil panen (Kitinoja dan Kader, 2002). Pengangkutan barang yang
dilakukan tergantung dari permintaan. Pengangkutan kentang konsumsi ke
supermarket dilakukan pada pagi hari sedangkan untuk di luar kota dilakukan
pada malam hari. Pengangkutan kentang bibit dilakukan oleh konsumen yang
membeli bibit.
f. Pemasaran
Pemasaran merupakan kegiatan penyampaian
produk dari produsen ke konsumen. Keberlangsungan usaha pertanian didukung oleh
rencana pemasaran yang baik untuk mendapatkan hasil yang efisien. Faktor-faktor
yang mempengaruhi pemasaran yaitu produk yang dihasilkan, target pasar, kebutuhan
konsumen, dan sistem harga. Pemasaran kentang sayur mencakup pasar modern dan
pasar tradisional. Harga kentang konsumsi untuk supermarket akan lebih tinggi
daripada pasar tradisional.
BAB
IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. TEKNIK BUDIDAYA TANAMAN KENTANG (Solanum tuberossum L.)
1.
Persiapan
Bibit
Dalam mempersiapkan bibit perlu dilakukan seleksi
untuk membuang yang rusak atau sakit secara visual atau terlihat oleh mata
telanjang sehingga akan diperoleh bibit yang berkualitas baik dan dapat
berproduksi tinggi serta memberikan keuntungan yang besar. Bibit kentang harus memenuhi syarat sebagai berikut :
a. Bibit
bebas hama dan penyakit.
b. Bibit
tidak tercampur varietas lain atau klon lain (murni).
c. Umbi
bibt berbobot 30–45 gram berdiameter 35–45 mm.
d. Umbi
bibit tidak cacat dan kulitnya kuat.
Umbi
yang digunakan untuk dijadikan umbi bibit adalah umbi yang telah berumur 120
hari.
Ciri
umbi bibit yang siap tanam:
1) telah
melampaui istirahat atau masa dormansi selama 2 bulan sampai 3 bulan.
2) memiliki
3-5 mata tunas
3) telah
bertunas setinggi 2 cm.
Umbi bibit yang masih dalam masa
dormansi atau belum bertunas pertumbuhannya akan lambat dan produktivitasnya
rendah. Umbi bibit yang disimpan terlalu lama sampai pertumbuhan tunasnya
panjang harus dilakukan perompesan lebih dulu sebelum masa tanam. Jika tidak
dilakukan perompesan, tanaman akan tumbuh lemah.
2.
Persiapan Lahan
a)
Pengolahan lahan
Pengolahan
tanah dilakukan dengan cara pembajakan atau pencangkulan sedalam kurang lebih
40 cm hingga gembur, kemudian diistirahatkan selama 1–2 minggu. Setelah
pembajakan tanah dan penggemburan dilakukan pembuatan bedengan dan selokan
untuk irigasi atau pengairan. Bedengan dibuat membujur searah Timur–Barat, agar
penyebaran cahaya matahari dapat merata mengenai seluruh tanaman. Lebar
bedengan berukuran 70–100 cm dan, tinggi 30 cm, jarak antar bedeng yang
merupakan lebar selokan adalah 40 cm dan panjangnya disesuaikan dengan kondisi
lahan.
Kedalaman
selokan sama dengan tinggi bedengan (40 cm). Selanjutnya di sekeliling petak–
petak bedengan dibuat selokan untuk pembuangan air (drainase) sedalam 50 cm
dengan lebar 50 cm.
b) Pemupukan dasar
Pupuk
dasar yang terdiri dari pupuk organik dan pupuk anorganik diberikan sebelum
tanam. Pupuk organik diberikan pada permukaan bedengan kira–kira satu minggu
sebelum tanam. Pemberian pupuk organik dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu
dengan dicampurkan dengan tanah bedengan sampai kedalaman 20 cm ketika
penggemburan tanah terakhir dan dengan diberikan pada lubang tanam. pupuk
anorganik yang berupa NPK diberikan sebagai pupuk dasar sebanyak 0,7-1 ton/ha
bersamaan dengan pemberian pupuk organik. Kebutuhan pupuk organik mencapai
20–30 ton per hektar.
c)
Pemasangan
mulsa dan lubang tanam
Pemasangan mulsa
dilakukan setelah bedengan di diamkan selama 2 hari.
Pemasangan
mulsa sebaiknya dilakukan pada siang hari karena lebih mudah merentangkan dan
memasangnya. Dengan penggunaan mulsa hitam perak pada setiap bedengan. Bagian
belakang dan depan mulsa dilebihkan 10 cm.
Cara pemasangan
mulsa adalah :
1. Tebarkan
MPHP di atas bedengan, dengan warna perak menghadap keatas dan warna hitam
menghadap ke bawah.
2. Siapkan
bilah penjepit (semat/cutik) bambu yang dibentuk menyerupai huruf U. Tarik
kuat-kuat MPHP ke arah bawah,, kuatkan/tancapkan bambu di masing-masing sisi
bedengan. Pemasangan bertahap dari satu ujung bedengan hingga ujung berikutnya.
Pelubangan
mulsa dilakukan menggunakan alat pelubang mulsa atau cemplong dengan cara
menekannya menggunakan bahan stenles steel atau menggunakan bahan bekas seperti
kaleng susu yang telah diberi arang saat musim kemarau, dan kaleng bergerigi
pada musim hujan, dengan jarak tanam 80
x 30 cm. Apabila pelubangan telah selesai maka lahan dibiarkan terlebih dahulu
selama 1 minggu.
3. Penanaman
a. Waktu penanaman
Waktu
tanam yang paling baik adalah pada kondisi cerah. Penanaman bibit kentang yang
paling baik dilakukan pada pagi atau sore hari. Karena tanaman kentang tidak
memerlukan persemaian, maka setelah memilih bibit yang baik maka bibit kentang
sudah bisa ditanam.
b. Cara penanaman
Pada
penanaman kentang ditanam dengan jarak tanam 80 x 30 cm dengan kedalaman lubang
tanam 8–10 cm. Penanaman bibit kentang yaitu dengan cara umbi bibit diletakkan
dalam lubang tanam dengan posisi tunas menghadap keatas. Kemudian tutup
lubang-lubang tanam dengan tanah. Kebutuhan bibit kentang per hektar sebanyak
1200-1500 kg dengan ukuran umbi antara 30-45 gram.
4. Pemeliharaan Tanaman
Setelah
penanaman kentang, dilakukan pemeliharaan lanjutan sampai tanaman di panen,
Kegiatan pemeliharaan tanaman meliputi hal-hal sebagai berikut :
1.
Penyulaman
Penyulaman
dilakukan untuk mengganti tanaman yang tumbuh kurang baik ataupun tanaman yang
mati. Penyulaman dapat dilakukan setelah tanaman berumur 15 hari setelah tanam.
Cara penyulaman ialah dengan mencabut tanaman kentang yang mati atau pertumbuhannya
kurang baik diganti dengan tanaman baru pada lubang yang sama. Penyulaman
dilakukan pada pagi atau sore hari, Setelah melakukan penyulaman lalu disiram.
2.
Pemupukan susulan
Pemupukan
susulan dilakukan pada saat tanam yaitu dengan menggunakan pupuk NPK mutiara
(16:16:16) dengan dosis 0,3-0,5 ton/ha atau pertanaman 20 gram dilakukan pada
tanaman kentang berumur 21 hari dan 45 hari setelah tanam yaitu pada masa
pertumbuhan dan masa pembentukan umbi.
3.
Pengairan
Tanaman
kentang sangat peka terhadap kekurangan air. Pengairan harus dilakukan secara
rutin tetapi tidak berlebihan, bila air yang diberikan berlebihan dan umbi atau
tanaman kentang terendam maka akan berakibat busuk dan akhirnya mati. Pengairan
dilakukan dengan selang waktu 7 hari sekali secara rutin tergantung cuaca dan
keadaan air. Waktu pengairan yang baik adalah pagi hari atau sore hari.
Pengairan yang dilakukan dengan cara disiram dengan gembor atau selang, atau
dengan mengairi selokan sampai areal lembab.
4.
Penyiangan dan Sanitasi
Penyiangan
dan Sanitasi dilakukan setelah terlihat adanya pertumbuhan gulma (tanaman
pengganggu tanaman pokok). Pengendalian gulma dapat dilakukan secara mekanis
yang sering kita kenal dengan penyiangan.
5. Pemasangan ajir
Pemasangan
ajir berfungsi sebagai penyangga tanaman kentang agar tanaman tidak rebah, bila
tanaman kentang rebah maka tanaman akan rusak. Ajir biasanya terbuat dari bambu
dengan panjang atau tinggi kurang lebih 120 cm.
jarak pemasangan ajir dari tanaman kurang
lebih 5 cm, ada juga pemasangan ajir yang dilakukan yaitu pada kedua ujung
bedengan dengan jarak 3-5 m dan pada ajir diikat dengan tali pada bagian kanan
dan kiri sehingga tanaman terjepit oleh tali. Ajir dipasang tanpa melukai atau
mengganggu tanaman kentang, untuk menghindari umbi agar tidak terluka dan
terganggu maka pengajiran dapat dilakukan pada tanaman berumur 15 hari.
6. Pemangkasan bunga
Pemangkasan
bunga dilakukan untuk mencegah terganggunya proses pembentukan umbi karena
dapat terjadi perebutan unsur hara antara umbi dan bunga, selain itu
pertumbuhan tanaman kentang akan hanya tertuju pada pembentukan umbi.
7. Pengendalian organisme pengganggu tanaman
(OPT)
Hama
dan penyakit yang ditemukan dilapangan pada saat PRAKTEK adalah sebagai berikut
:
a.
Hama Ulat grayak (Spodoptera litura)
Ulat
grayak (Spodoptera litura) merupakan hama dari larva ngengat berwarna
abu-abu. Gejala yang ditimbulkan adalah tidak ada daun yang tersisa kecuali
tulang-tulang daun. Pemberantasan hama ini dapat dilakukan dengan cara
penyemprotan insektisida atau memangkas daun yang sudah tertempeli telur.
b.
Kutu daun (Aphis Sp)
Hama
kutu daun yang menyerang adalah Aphids gossypii, Aphids spiraecola dan Myzus
persicae. Kutu-kutu tersebut menginfeksi daun sehingga daun berkerut atau
keriting dan akhirnya layu. Hama Myzus persicae dapat menularkan
penyakit virus PLRV dan PVY. Pengendalian dapat dilakukan dengan memangkas
tanaman atau penyemprotan pestisida.
c.
Hama penggerek umbi (Phtoremae poerculella
Zael)
Gejala
: Pada daun yang berwarna merah tua dan terlihat adanya jalinan seperti benang
yang berwarna kelabu yang merupakan materi pembungkus ulat. Umbi yang terserang
bila di belah, akan terlihat adanya lubang – lubang karena sebagian umbi telah
dimakan. Pengandalian : Secara kimia menggunakan Insektisida.
d. Penyakit
busuk daun
Penyakit busuk daun disebabkan oleh Phytophthora
infestans. Gejala awal penyakit ini yaitu bercak pada bagian tepi dan ujung
daun, bercak melebar dan terbentuk daerah nekrotik yang berwarna coklat.
Pengendalian penyakit dapat dilakukan dengan cara menanam bibit yang sehat,
tidak menanam tanaman di bekas lahan yang ditanami tanaman sejenis, menjaga
kebersihan dan sanitasi lahan, serta melakukan penyemprotan dengan fungisida.
e.
Penyakit layu bekteri
Penyakit layu disebabkan oleh bakteri Rralstonia
solanacearum. Gejala yang disebabkan oleh bakteri akan mengalami kelayuan
pada tanaman. Pengendalian yang dapat dilakukan yaitu menggunakan bibit yang
sehat, menjaga sanitasi kebun, mengatur drainase air, dan melakukan rotasi
tanaman.
5.
Panen
Panen merupakan
proses pengambilann umbi kentang yang sudah menunjukkan ciri-ciri umbi yang
siap untuk dipanen dan sudah dapat dilakukan pengambil umbi dari tanah.
a)
Waktu panen
Umur
panen tergantung dari varietas kentang. Umur panen untuk kentang konsumsi
antara 80-90 hari sedangkan untuk kentang bibit antara 110-120 hari. Penentuan
waktu panen dapat dilihat dari fisik tanaman yaitu daun-daun tanaman mulai
menguning dan batang tanaman mengering bukan karena penyakit. Umbi kentang yang
dapat dipanen dapat dilihat dari kulit umbi yang melekat pada daging umbi dan
tidak terkelupas saat terkena gesekan.
Waktu
panen yang baik dilakukan pada pagi hari dengan kondisi cuaca yang cerah.
Pemanenan yang dilakukan saat hujan akan menyebabkan umbi basah sehingga umbi
cepat busuk saat disimpan.
b)
Cara panen
Teknik
pemanenan yang dilakukan yaitu menggunakan cangkul atau cungkil bambu.Sebelum
umbi dipanen, pangkas bagian tanaman yang ada di permukaan tanah. Setelah itu,
Umbi dipanen dengan cara membongkar bedengan secara hati-hati agar tidak
mengalami kerusakan mekanik.
Umbi
yang telah dipanen dilakukan penjemuran untuk mengeringkan tanah-tanah yang
menempel pada umbi agar tidak terbawa ke gudang penyimpanan yang dapat menjadi
sumber penyakit.
Umbi yang sudah dipanen selanjutnya dikumpulkan dan
dilakukan sortasi awal sesuai kualitasnya. Masukan umbi yang sudah dipilih ke
dalam karung jala, kemudian dibawa ke tempat pengumpulan hasil panen kentang
untuk penanganan lebih lanjut.
6.
Pasca Panen
a.
Pembersihan
Pembersihan
adalah proses menghilangkan kotoran yang menempel pada umbi Sebelum dipasarkan
ke pasar, kentang harus dibersihkan dahulu. Umbi dibersihkan dari segala
kotoran yang menempel dengan lap. Hal ini dilakukan secara perlahan–lahan untuk
menghindari lecet. Selain itu umbi dapat dibersihkan dengan cara dicuci di air
yang mengalir yang tidak terlalu deras kemudian dikeringkan. Umbi yang bersih
akan memperpanjang keawetan umbi selain itu juga akan menimbulkan daya tarik
bagi konsumen.
b.
Sortasi dan Grading
·
Sortasi
Sortasi
adalah proses memisahkan umbi berdasarkan kualitas. Caranya pilih umbi yang
sudah dibersihkan itu antara umbi yang baik dan umbi yang jelek berdasarkan :
1.
Ada tidaknya cacat pada
umbi.
2.
Normal tidaknya bentuk dan
ukuran umbi.
3.
Ada tidaknya serangan hama
atau penyakit pada umbi.
·
Grading
Grading adalah proses pemilihan
umbi berdasarkan ukuran. Setelah dilakukan sortasi maka umbi akan di grading
berdasarkan ukuran. Grading/pengkelasan umbi kentang digolongkan menjadi :
1. Kelas
AL ( > 200 gram/umbi )
2. Kelas
A ( 120-200 gram/umbi )
3. Kelas
B ( 80-120 gram/umbi )
4. Kelas
C ( 50-80 gram/umbi )
c.
Penyimpanan
Penyimpanan
adalah proses menyimpan umbi hasil panen sebelum dipasarkan. Tujuannya untuk
menunggu saat pemasaran yang tepat. Cara menyimpannya, umbi kentang dimasukkan
ke dalam wadah berupa kotak kayu/keranjang/waring kemudian wadah dimasukkan
kedalam ruang penyimpanan yang di susun rapih. Gudang penyimpanan mempunyai
ventilasi udara yang cukup supaya sirkulasi udara lancar dan kelembabannya
65-75%. Selain itu, gudang mendapat sinar matahari yang cukup dan keadaannya
selalu bersih.
d.
Pengemasan
Pengemasan adalah proses mengemas umbi kentang yang
dilakukan dengan menggunakan bahan pengemas sesuai dengan tujuan pasar.
Tujuannya, untuk memudahkan distribusi dan melindungi umbi dari kerusakan
mekanis dan fisiologis serta memperbaiki penampilan sehingga disukai oleh
konsumen. Alat pengemas harus bersih dan terbuat dari bahan yang ringan.
Pengemas harus berventilasi dan dibagian dasar diberi bahan seperti gabus atau
yang berbahan lunak agar mengurangi benturan selama pengangkutan.
e. Pengangkutan
Pengangkutan bertujuan
untuk memudahkan distribusi kentang yang siap dijual ke konsumen. Selama
pengangkutan kondisi lingkungan harus tetap terjaga untuk menjaga kualitas umbi
yang di angkut.
f. Pemasaran
Pemasaran merupakan kegiatan penyampaian
produk dari produsen ke konsumen. Keberlangsungan usaha pertanian didukung oleh
rencana pemasaran yang baik untuk mendapatkan hasil yang efisien. Faktor-faktor
yang mempengaruhi pemasaran yaitu produk yang dihasilkan, target pasar, kebutuhan
konsumen, dan sistem harga. Harga kentang konsumsi untuk supermarket akan lebih
tinggi daripada pasar tradisional.
BAB
V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dalam
melaksanakan Praktek ini, penyusun dapat menarik beberapa kesimpulan berdasarkan kegiatan yang telah dilakukan
selama pelaksanaan PRAKERIN yaitu :
1. Siswa
dapat mengembangkan wawasan dan kompetensi dalam bidang pertanian yang dalam
hal teknik budidaya tanaman kentang (Solanum
tuberosum L.)
2. Siswa
dapat meningkatkan keterampilan dalam pengelolaan teknik budidaya kentang untuk
melakukan kegiatan pada unit usaha tani di dunia industri.
3. Siswa
dapat menerapkan dan mengembangkan ilmu pertanian yang telah di pelajari selama
di BALITSA di sekolah.
4. Memotivasi
para siswa dan siswi agar lebih semangat kerja dan berkarya dalam hal
pembelajaran untuk mencapai kesuksesan.
5. Dapat
membentuk mental dan motivasi sebagai tenaga kerja yang siap serta mampu
mandiri, disiplin dan bertanggung jawab.
B.
SARAN
Dalam pembuatan laporan ini penyusun
mencoba mengemukakan saran untuk pelaksanaan Prakerin yang akan datang. Adapun
saran yang penyusun tuangkan adalah sebagai berikut :
1. Untuk
para siswa selanjutnya untuk lebih bersungguh-sungguh dalam melaksanakan
kegiatan PRAKERIN, karena didalam kegiatan PRAKERIN terdapat ilmu yang banyak
dan lebih dibanding ilmu yang diperoleh di sekolah.
2. Dalam
melaksanakan teknik budidaya kentang harus menurut standar operasional
perusahaan, praktek dan pengalaman dan lakukan dulu amalisa usaha supaya
budidaya menghasilkan keuntungan.
3. Penyusun
harapkan untuk masa yang akan datang pihak sekolah dan perusahaan bisa menjalin
kerjasama dalam bidang pekerjaan selain untuk prakerin siswa..
DAFTAR
PUSTAKA
Astawan. 2004. Kentang :
Sumber Vitamin C dan Pencegah Hipertensi. http://www.gizi.net. [20
September 2010]
Badan Pusat Statistik, 2011.
Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Kentang 2009-2010. http://www.bps.go .id [5 Juli 2011]
Beukema, H.P dan D. E van
der Zaag. 2007. Introduction to Potato Production. Edisi 3. Pudoc Wageningen.
Netherland. 179 p.
Bryan, J.E. 1989. Breaking
dormancy of potato tubers. CIP Research Guide International Potato Center,
Lima, Peru. 16p.
Sunarjono, H. 2007. Petunjuk Praktis
Budidaya Kentang. Agromedia. Jakarta. 110 hal.
Sutedjo, M. M. 2008. Pupuk dan cara
Pemupukan. Rineka Cipta. Jakartaa. 177 hal.
Sahat, S. D.D Widjajanto, I. Hidayat,
dan S. Kusumo. 1989. Pembibitan kentang. Dalam Asandhi, A. A, et al (Eds).
Kentang Edisi 2. Balitsan. Lembang. 209 hal.
Setijo, pitojo, 1993 : Taksonomi tanaman
kentang, penebar swadaya : Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar